[CATITAN: Ada dua kelompok tukang sihir (pada zaman Fir’aun). Pertama, tukang sihir resmi yang diakui oleh pemerentah dan diizinkan untuk melakukannya. Mereka menjadi nara sumber dalam memecahkan pelbagai peristiwa. Mereka mendapatkan kedudukkan penting dihadapan rakyat dan dinasti Fir’aun yang menjadikan banyak pegawai mengikuti cara mereka seperti Amnahtab bin Habi, menteri Raja Amnovis III yang paling terkemuka dalam mengunakan sihir. Rakyat membuat patungnya yang kini tersimpan di muzium Mesir bernombor 3. Di antara raja-raja yang terkemuka dalam sihir adalah Raja Seizoustres yang mengungguli semua ahli sihir pada masanya.
Lantaran besarnya penghargaan dinasti Fir’aun kepada para ahli sihir yang menggunakan ilmu mereka untuk mencapai tujuan mereka, mereka digelari sebagai “sekretaris peribadi raja” dan “pemegang kendali kehidupan”. Mereka selalu ditanya mengenai urusan-urusan peribadi para raja, bahkan tentang tafsiran mimpi. Para raja meyakini bahawa dengan mereka sempurnalah kemenangan atas musuh dan berjanji kepada mereka melalui nazar ketika menanti kejayaan banyak hal sebagaimana Fir’aun dan kaumnya ketika melawan Nabi Musa.
Para ahli sihir itu tidak diperolehkan menerima murid baru di “sekolah” mereka kecuali setelah pengujian yang panjang berdasarkan aturan-aturan mereka untuk penyucian jiwa. Melawan syahwat dan meninggalkan kesenangan pada makanan lazat dan setiap yang bernyawa sehingga dengan latihan ini batin mereka menjadi suci. Selain itu, mereka berhati-hati pada gelonjak nafsu syahwat mereka dengan mengasingkan diri dari urusan dunia dan menyendiri agar mereka siap untuk itu. Ketika diyakini telah sampai pada menempaan dan menaklukan nafsu serta telah melalui ujian ini, mereka tidak diperbolehkan menyebarkan ilmu mereka dan menampakkan tanda-tandanya kecuali setelah melalui pengujian panjang di depan guru-guru mereka sehingga dikeluarkan keputusan dan pemberian hak untuk menggunakannya.
Tukang-tukang sihir itu telah mencapai kemahiran mereka dalam mendatangkan keajaiban-keajaiban yang mereka namakan sebagai “mukjizat”. Mereka mampu menarik perhatian dalam mendatangkannya di hadapan orang-orang tanpa merasa lelah dan penat. Kadang-kadang mereka merendahkan, sebgai pengagungan diri mereka, hal yang dianggap orang-orang sebagai petunjukan hebat. Mereka mengatakan: “Kami hanya menampilkan awal pertunjukan kami yang menakjubkan fikiran anda. Di dalam seni kami, hal itu seperti permainan anak-anak yang menyenangkan orang-orang yang melihatanya.”
Diriwayatkan bahawa mereka membelah laut, memotong kepala seseorang dan tubuhnya, dan kemudian menyambungkannya kembali dengan tetap hidup tanpa merasa sakit sedikitpun, dan banyak patung dan bayangan dari akyu dan sebagainya yang bergerak dengan sihir mereka. Dalam posisi duduk, mereka dapat menghilang dari pandangan sehingga membingungkan orang-orang lain yang duduk bersama mereka. Ketika seseorang masuk majlis, ia tidak menyakini keberadaan mereka di sana. Mereka dapat membaca surat-surat yang tersimpan di dalam almari. Mereka dapat menjelaskan masa lalu, masa kini, dan masa depan orang lain. Kemahiran mereka yang lain adalah bahawa salah seorang di antara mereka membuat patung buaya kecil dari lilin, lalu dibacakan padanya mentera sihir. Patung itu bergerak dan melawan seseorang yang terkenal kejahatannya dan berhak mendapat hukuman. Patung itu menelan dan melemparkannya ke laut sesuai dengan perentah si penyihir. Seakan-akan, dengan keajaban ilmiah, mereka mampu mempengaruhi potensi benda-benda mati, lalu disuruh bergerak dan sebagainya sebagaimana mereka kehendaki.
Lantaran besarnya penghargaan dinasti Fir’aun kepada para ahli sihir yang menggunakan ilmu mereka untuk mencapai tujuan mereka, mereka digelari sebagai “sekretaris peribadi raja” dan “pemegang kendali kehidupan”. Mereka selalu ditanya mengenai urusan-urusan peribadi para raja, bahkan tentang tafsiran mimpi. Para raja meyakini bahawa dengan mereka sempurnalah kemenangan atas musuh dan berjanji kepada mereka melalui nazar ketika menanti kejayaan banyak hal sebagaimana Fir’aun dan kaumnya ketika melawan Nabi Musa.
Para ahli sihir itu tidak diperolehkan menerima murid baru di “sekolah” mereka kecuali setelah pengujian yang panjang berdasarkan aturan-aturan mereka untuk penyucian jiwa. Melawan syahwat dan meninggalkan kesenangan pada makanan lazat dan setiap yang bernyawa sehingga dengan latihan ini batin mereka menjadi suci. Selain itu, mereka berhati-hati pada gelonjak nafsu syahwat mereka dengan mengasingkan diri dari urusan dunia dan menyendiri agar mereka siap untuk itu. Ketika diyakini telah sampai pada menempaan dan menaklukan nafsu serta telah melalui ujian ini, mereka tidak diperbolehkan menyebarkan ilmu mereka dan menampakkan tanda-tandanya kecuali setelah melalui pengujian panjang di depan guru-guru mereka sehingga dikeluarkan keputusan dan pemberian hak untuk menggunakannya.
Tukang-tukang sihir itu telah mencapai kemahiran mereka dalam mendatangkan keajaiban-keajaiban yang mereka namakan sebagai “mukjizat”. Mereka mampu menarik perhatian dalam mendatangkannya di hadapan orang-orang tanpa merasa lelah dan penat. Kadang-kadang mereka merendahkan, sebgai pengagungan diri mereka, hal yang dianggap orang-orang sebagai petunjukan hebat. Mereka mengatakan: “Kami hanya menampilkan awal pertunjukan kami yang menakjubkan fikiran anda. Di dalam seni kami, hal itu seperti permainan anak-anak yang menyenangkan orang-orang yang melihatanya.”
Diriwayatkan bahawa mereka membelah laut, memotong kepala seseorang dan tubuhnya, dan kemudian menyambungkannya kembali dengan tetap hidup tanpa merasa sakit sedikitpun, dan banyak patung dan bayangan dari akyu dan sebagainya yang bergerak dengan sihir mereka. Dalam posisi duduk, mereka dapat menghilang dari pandangan sehingga membingungkan orang-orang lain yang duduk bersama mereka. Ketika seseorang masuk majlis, ia tidak menyakini keberadaan mereka di sana. Mereka dapat membaca surat-surat yang tersimpan di dalam almari. Mereka dapat menjelaskan masa lalu, masa kini, dan masa depan orang lain. Kemahiran mereka yang lain adalah bahawa salah seorang di antara mereka membuat patung buaya kecil dari lilin, lalu dibacakan padanya mentera sihir. Patung itu bergerak dan melawan seseorang yang terkenal kejahatannya dan berhak mendapat hukuman. Patung itu menelan dan melemparkannya ke laut sesuai dengan perentah si penyihir. Seakan-akan, dengan keajaban ilmiah, mereka mampu mempengaruhi potensi benda-benda mati, lalu disuruh bergerak dan sebagainya sebagaimana mereka kehendaki.
Bersambong….
No comments:
Post a Comment