Berita tentang keajaiban anak laki-laki itu semakin tersebar sehingga disebut sebagai Ajubah As-Samirah (Keajaiban Samirah). Menurut hakim, anak laki-laki aneh itu dirasuki syaitan. Berita ini disebarluaskan ke pelbagai penjuru dunia.
Sang hakim pergi ke seluruh penjuru dunia meminta bantuan tukang sihir dan para dukun untuk mengeluarkan syaitan dari anak laki-laki itu. Menurutnya, syaitan akan menggoncangkan singgahsana atau ‘Arasy Tuhan.
Kerana adanya berita itu, timbullah hiruk pikuk dan kekacauan di tengah-tengah masyarakat, seperti halnya pelbagai masyarakat di belahan bumi mana pun jika ada suatu kejadian aneh dan ganjil.
Salah seorang yang berpura-pura sebagai filsuf (dari Samirah) berkata:
“Anak itu memang betul-betul keturunan Samiri. Dua huruf ra’ dan ha’ (dua huruf terakhir dari kata Samirah), dulu, mengisytiharkan satu negeri, iaitu negeri Sam (bukan Syam), kerana Sam bin Nuh a.s adalah pendiri Gerakan Samirah setelah terjadinya banjir besar. Ketika Sam masih kecil, ia tidak banyak bergerak sehingga didatangi seorang malaikat, yang menggerakkan kedua kakinya. Anak itu adalah cucu dari Sam”
(CATITAT: Putera-putera Nabi Nuh yang paling terkenal dan menurut hemat saya pasti lebih banyak itu, hanya ada empt orang sahaja. Mereka adalah Hem, Sam, Yafits dam Yam yang kufur sehingga Allah menenggelamkannya bersama orang-orang zalim yang lain dan menurut ahli kitab, ia dikenali dengan Kan;an. Lihat kitab ‘Qisas a-Anbiya’, karya Ibnu Kathir.)
Tetapi tidak seorang pun yang mempercayai filsuf itu. Bahkan, ia dituduh gila. Sebahgian orang tetap suka membicarakan berita itu sebagai bahan senda gurau belaka, sehingga mereka menamai anak itu sebagai Sam kecil putera Sam besar.
Menurut hakim, kisah itu harus ditutup dan jangan dibicarakan lagi. Jika tidak, ia mengancam orang yang membicarakannya seperti layaknya seorang hakim. Kalau peringatan tidak dihiraukan, maka kekuasaanlah yang akan berbicara. Ia menyuruh wakilnya mengumumkan dengan tegas agar semua orang mengikuti pendapat umum ketika membicarakan anak itu agar digelar dengan julukan as-Samiri, yang disandarkan kepada negeri kelahirannya dan bukan dinisbahkan kepada seseorang; ayah anak laki-laki itu mati kerana menderita apa yang diistilahkan sebagai adz-dzabhah as-sadriyyah al mutakarrarah (tekanan batin berpanjangan). Lebih-lebih lagi disebabkan oleh watak anaknya yang sangat ganjil itu, dan nampaknya tidak ada penyebab lain kecuali keadaan anaknya itu. Dialah satu-satunya anak yang paling membahayakan hidup orang tuanya dan anak yang paling sedikit, bahkan tidak ada manafaatnya. Bahkan ia tidak pernah menyenangkan kedua orang tuanya kecuali ketika mereka ternyata dikurniai anak laki-laki? Bahakan, anak itu tidak bermanafaat bagi seorang manusiapun, kerana ia secara mutlak dinilai hanya mempunyai peribadi yang membahayakan saja. Ia hanya bermanafaat untuk membezakan kebaikan dari keburukan yang menjadi fitnah bagi manusia. Yang demikian itu hanyalah suatu manafaat yang tidak disengajakan kemunculannya, dan itu hanya dengan qadar ketentuan Allah dan kehendah-Nya sahaja.
No comments:
Post a Comment