Saturday, January 15, 2011

Rahsia Pengaruh Rasul Pada Tujuh Batu Besar

Anak itu tinggal di pulau terpencil yang tersebut dan tidak meninggalkannya. Pada suatu saat ia berasa terilham untuk menuju ke gua besar yang terletak di sebuah gunung besar yang berwarna kelabu. Gua itu merupakan bekas gempa bumi dahsyat pada masa yang telah lama berlalu. Ia cuba memperbaiki gua itu. Bahkan mengubahnya menjadi sebuah rumah yang bagus lengkap dengan barang dan perkakasnya. Iapun mencuba mengenali lingkungannya secara meluas. Ia mulai menjelajah pulau itu.

Ia berusaha mengenali lingkungan itu dan menyingkap misteri yang tersembunyi didalamnya, serta menikmati pelbagai kebaikan dan keindahan di pulau itu sendirian. Ia seakan-akan seorang raja tanpa rakyat.
‘Banyak raja yang berkuasa dan diangkat jadi raja (disengaja atau tidak), tetapi tidak dapat menentukan hukum, bahkkan ia sendiri yang jesteru dihukumi.

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, ia tumbuh semakin besar hingga mencapai umur dua puluh tahun. Tetapi ia belum pernah sehari pun menunaikan ibadahnya, berupa solat yang difardukan keatas dirinya, daripada Allah s.w.t. Sementara itu binatang besar tersebut seperti biasa, selalu mengunjunginya berdiam di sekitarnya seperti seorang manusia yang memelihara dan melindunginya. Ia memberi isyarat dengan gerakkan yang jelas, kepadanya seolah-olah mengingatkannya kepada sesuatu hal penting yang dilupakannya. Tetapi dia nampaknya bersikap sombong dan meremehkan isyarat dari binatang unik itu. Lalu ia berpaling darinya.

Pada suatu hari ia menengadahkan wajahnya ke langit seraya berkata:

“Siapakah yang mengetahui bahasa perkataanmu (wahai binatang) adalah benar. Sungguh, aku hanya sendirian. Aku pun tidak pernah melihat Jibril yang diutuskan (Allah). Aku juga tidak pernah menyaksikan gempa bumi atau kehancuran. Bahkan, akupun tidak melihat Allah. Aku tidak mengetahui bahawa tulisan pada pelbagai longgokan batu itu berasal darimu, wahai Jibril, sehingga aku tidak menghukumi sebagaimana aku menghukumi dan menguasai pulau ini. Boleh jadi, itu hanyalah tulisan dan lukisan ikan-ikan yang sekonyong-konyong melalui batu-batu di lautan, lalu batu-batu itu dibawa ombak ke tepi pantai. Atau, mungkin hal itu berasal dari karya yang lain!”

Tiba-tiba binatang berbadan besar itu menjerit dengan kuat sekali sampai mengetarkan sudut-sudut pulau. Ia lalu lari dengan kencang menuju deretan pepohon yang saling berpautan itu. Melihat sikap binatang tersebut, anak muda itu berteriak kepadanya:

“ Aku tidak tahu… aku tidak tahu yang lain selainku. Sesungguhnya segala sesuatu disekitarku tunduk padaku. Semua benda di sekitarku ini mengakui bahawa aku ini tuhan, penguasa, pulau sebenarnya berada di bawah kekuasaanku.”

Maka binatang itu pun lenyap dari pandangan matanya dan tidak pernah nampak lagi kecuali pada hari berikutnya. Ia datang lagi ke hadapan anak muda itu dan mengajaknya berbicara dengan bahasa Arab yang hari berikutnya:

“Sesungguhnya Jibril menyuruhku untuk menemuimu dan berbicara denganmu, bahawa engkau dihadapkan pada masaalah sangat serius dan penting. Meski pun demikian, engkau mempunyai hak penuh untuk menentukan pilihan. Yakinlah bahawa hal ini datang dari Jibril yang menggoreskan tangannya pada kertas ini. Letakkanlah tanganmu pada apa saja, maka engkau akan menemukan suatu tanda bagi kepentinganmu. Lalu sembahlah Allah, Tuhanmu Yang Maha Penyayang di antara para penyayang. Jika engkau tidak melakukannya, maka hal itu menjadi peringatan bagimu yang menegaskan kelak, engkau akan menjadi makhluk yang di lemparkan (dari rahmat Allah s.w.t.). Lalu ia mengambil sedikit tinta mirip tanah berwarna dan bercampur air, padahal sesungguhnya tidak. Ia cuba memahami bentuk tinta itu, kemudian melemparkannya kepada burung sejak beberapa hari telah menjadi bangkai. Burung itu mirip burung nasar yang bertubuh besar. Tiba-tiba burung itu, dengan kekuasaan Allah, tentunya hidup kembali, bergerak dan berkicau seperti burung nasar. Ia terbang tinggi ke angkasa. Itulah satu tanda kekuasaan Allah, Tuhan Pengurus dan Pengatur semesta alam. Yang Maha Bijaksana, Yang tidak menghitung dan menuntut atau menyiksa seseorang kecuali setelah membertahu segala urusan-Nya melalui perantaraan. Namun, tidak lama kemudian, burung itu kembali lagi ketempatnya dan mati lagi seperti sediakala.

Ia bertanya kepada binatang yang menemaninya itu:

“Apa hakikat yang terjadi itu?”

Binatang itu menjawab:

” Tinta ini mengandung kemampuan, ruh, dan kekuatan Jibril. Dan Jibril adalah rahul-kudus. Ia mempunyai kekuatan untuk hidup, di samping memiliki cahaya untuk menghidupkan bangkai dengan kekuasaan dan izin Allah. Dialah Allah, yang menghidupkan mayat-mayat bagi (kepentingan) seorang Nabi yang akan datang dari kaummu. Berkat do’a nabi, mayat itu hidup kembali. Mayat yang hidup itu akan menjawab pertanyaan orang-orang. Kemudian, ia akan mati seperti semula. Ketahuilah bahawa Allah telah memuliakanmu dengan kemuliaan dari-Nya dan engkau tidak memepunyai tanda kelebihan selain tiu. Jagalah keselamatanmu, kerana jika engkau melakukan hal itu, tidak akan ada lagi yang mencelamu.”

Selanjutnya binatang itu berkata:

“Itu merupakan kesempatan baik bagimu untuk menjadi orang baik. Sebaiknya engkau jangan menyia-nyiakannya, sebab hari esok penuh dengan perlbagai hal yang mengerikan.”

Lalu, binatang itu kembali membisu dan tidak berbicara seperti manusia. Sementara itu, ia pun pergi berlalu seakan-akan tidak mendengar apa-apa. Jelaslah bahawa ia membolak-balikkan masaalah menurut kemahuannya sendiri kerana ia punya cita-cita untuk menjadi seorang yang dipertuhankan. Lalu baginya, apakah makna seorang yang baik meskipun menjadi seorang raja? Sesungguhnya yang disebut tuhan adalah penentu hukum dan penguasa yang boleh melakukan apa saja yang dikehendakinya. Tuhan pun dapat menguasai segala sesuatu mengapa harus meninggalkan kesempatan untuk menjadi tuhan?.
Bersambung….

No comments:

Post a Comment