Haiwan besar yang ada bersamanya itu mulai menerangkan makna dari tulisan itu, dan bahawa ia diberi kebebasan untuk memilih apakah di masa mendatang ia menjadi orang baik-baik atau menjadi orang jahat. Jika ia menjadi orang baik, maka ia akan menjadi seorang laki-laki biasa dan raja yang beruntung. Tetapi jika ia memilih menjadi orang jahat, maka ia akan menjadi seorang yang mengakui; aku sebagai tuhan yang berkuasa dengan kerajaan atau kekuasaan sewenang-wenangnya atas alam jin kafir dan syaitan, dan mereka adalah makhluk ciptaan Allah. Ia akan menjadi raja yang menguasai alam manusia, sedang engkau termasuk salah satu di antara mereka. Ia akan memerentah, tetapi hanya menjadi raja dalam waktu yang singkat saja. Ehwal kesudahannya hanya Allah saja yang tahu. Sebab, segala sesuatu ditentukan oleh Allah akhirnya. Dan tidak ada yang mengetahui kesudahan segala sesuatu kecuali Allah s.w.t.
Selanjutnya anak itu bertanya pada binatang besar itu:
“Kalau begitu siapakah engkau sebenarnya? Tujuan apakah yang mendorongmu datang kesini? Dan siapakah yang mengajarmu boleh berbicara dan menjelaskan sehingga engkau layaknya seperti manusia?”
Ia menjawab:
“Aku memang seekor binatang yang diciptakan dan diperentahkan untuk berbuat demikian dan hendak berada disini bersamamu. Jibril, malaikat terpercaya itu, akan membawamu dari hutan di penghujung dunia nanti. Hanya engkau sahaja satu-satunya orang yang hidup dari suatu keturunan subur yang telah hancur. Aku juga bertugas menjaga dan memeliharamu ketika Jibril tidak ada. Aku diperentahkan untuk tinggal disini, di pulau ini, bersamamu sehingga engkau menentukan pilihan hidupmu. Ajalku di sini bersama dengan keluarnya engkau menuju pilihanmu.“
Binatang itu memberitahunya bahawa ia diperentahkan untuk berbicara dengannya. Kemudian setelah itu ia diam membisu dan hanya mengeluarkan suara binatang sebagaimana lazimnya.
Ia tidak akan berbicara untuk kedua kalinya kecuali jika masa keluarnya anak ajaib dari pulau tersebut di akhir zaman telah hampir. Adapun pada masa-masa di antara itu, maka itu termasuk keadaan-keadaan yang hanya diketahui Allah.
‘Mungkin saja ketika itu aku berbicara denganmu. Jadi, sesuatu yang ghaib tidak dapat diketahui oleh semua makhluk. Ketahuilah bahawa apa yang dikatakan sekarang ini adalah wasiat-wasiat dari malaikat Jibril yang terpercaya itu.’
Di sini, mulailah lidah binatang itu terdiam dan kembali seperti sediakala. Ia bernama Jassasah (yang terus memata-matai). Kerana ia mencari berita dan memberitahukannya kepada anak itu. Hal ini dilakukan demi kepentingan anak itu. Ia bukan saja sebagai Jassah (tukang mencari berita dan memberitahukan), melainkan juga Jassasah (yang selalu mencari berita dan memberitahukannya). Hal ini sesuai dengan tugas binatang itu untuk mendapatkan dan memberitahukan pelbagai hal dan berita kepadanya, bukan sekadar sesuatu berita.
Semua berita yang dibawanya sangat menakjubkan dan mengkagumkan serta mempunyai peranan yang sangat penting, disamping terujud atau tercipta dalam bahasa yang ganjil. Maha Suci Tuhan yang jika berkehendak; melaksanakan kehendak-Nya. Jika Dia mempunyai kemahuan, maka tidak ada sesuatu dapat menolaknya. Jika Dia menentukan hukum, maka tiada sesuatupun dapat menentang-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Luhur dari apa yang mereka sekutukan.
Semua yang penulis kemukakan dibawah judul “Ketika manuskrip berbicara” adalah ringkasan dari apa yang tertulis pada perlbagai manuskrip peninggalan orang-orang terdahulu yang penulis dapatkan di dalam bangunan bawah tanah milik para petani Palestin.
Manuskrip-manuskrip ini tertulis dengan huruf Aram lama yang berusia sekitar empat abad sebelum diutusnya Nabi Musa. Nampaknya, ini adalah apa yang pernah didiktekan oleh Nabi Ibrahim di lembah Quds (Palestin) yang sebahgian besarnya merupakan bahgian dari apa yang diwahyukan Allah, Tuhan semesta alam kepada Nabi Ibrahin dan Nabi Musa berkenaan dengan kehidupan akhirat dan dunia. Hanya Allah yang lebih mengetahui. Disamping itu manuskrip tersebut menceritakan fitnah yang sangat besar. Sementara itu yang menulis manuskrip-manuskrip pada daun atau seperti lembaran papirus yang dibuat sebagai kertas itu adalah seorang yang dikenal dengan nama Azad bin Harim bin Shafur. Ia sendiri pernah bertemu dengan Nabi Ibrahim, bahkan menanyakan kepadanya ehwal seorang lelaki yang disebut Dajjal yang sangat merbahaya itu. Semua Nabi di perentahkan Allah untuk memperingatkan kaumnya dari bahaya Dajjal. Menurut pengakuannya, ia adalah orang yang paling banyak bertanya mengenai hal itu kepada Nabi Ibrahim dan paling banyak bergaul dengan beliau ketika berada di negerinya.
Manuskrip-manuskrip itu diwariskan secara turun-temurun oleh anak cucunya. Mereka pun memperbaharui tulisannya dengan bahasa Aram hingga masa kenabian Nabi Isa al-masih. Kemudian manuskrip-manuskrip itu disembunyikan oleh cicit-cicit dari cucu Azad. Ketika mereka bertanya kepada Nabi Isa al-masih mengenai apa yang diberitakan Nabi Ibrahim, beliau pun menguatkannya.
Allah s.w.t. juga mewahyukan kepada Nabi Isa untuk memperingatkan kaumnya dari bahaya Dajjal yang mengaku sebagai tuhan dan minta disembah itu. Dengan kehendak Allah s.w.t. ada petani Palestin yang menemukan manuskrip-manuskrip dan surat-surat itu. Kemudian barang-barang berharga itu diserahkan kepada orang alim yang soleh di Quds (Palestin). Ia memberitahu kepada penulis kandungan manuskrip- manuskrip itu setelah dibuka mantera-mentera dan ungkapan-ungkapan. Sebab, ia memang ahli dalam bidang ukiran atau tulisan Aram dahulu, dan juga ahli dalam pelbagai bahasa yang sudah tidak digunakan lagi. Ia selalu menjaga manuskrip-manuskrip itu di dalam bangunan bawah tanah rumahnya yang sudah tua di Quds.
Nama samarannya adalah Abu Basil ’izzuddin Nur. Nama dan gelaran yang sesungguhnya hanya diketahui oleh Allah s.w.t. Yang Maha Mengetahui.
Penulis sendiri membenarkan apa yang disebutnya itu. Nabi Nuh, yang sangat jauh dari masa kenabian Nabi Ibrahim , juga pernah memperingatkan kaumnya dari bahaya Dajjal. Jadi, tidak ada alasan untuk meragukan atau menganggap aneh perkataan Nabi Ibrahim yang diterimanya dari Nabi Nuh.
Di dalam “Sahih Bukhari” disebutkan: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdan, dan telah menceritakan kepada kami Ambullah, dari Yunus, az-Zuhri dari Salim, bahawa Ibnu Umar r.a. berkata:
“Rasulullah s.a.w. berdiri di hadapan orang ramai, lalu memuji dan menyanjung Allah sebagaimana biasanya. Kemudian beliau menyebut-nyebut Dajjal, ‘Sungguh aku memperingatkan kamu semua agar berhati-hati terhadap Dajjal. Setiap nabi pasti memperingatkan kaumnya tentang Dajjal. Nabi Nuh telah memperingatkan kaumnya. Akan tetapi, akan ku beritahukan kepada kamu semua tentang Dajjal, yang belum pernah diberitahu oleh seorang nabi pun kepada kaumnya kamu semua harus tahu bahawa Dajjal buta sebelah matanya.”
No comments:
Post a Comment