Itulah sebabnya kita dapati bahawa bahgian terbesar dari benda yang kita dahulukan itu membuatnya tercerai-berai dicelah-celah perubahan tersebu, dan sisanya hanya bahgian terkecil saja yang dapat kita kirimkan melalui gelombang mikro. Kemampuan pengubahan benda menjadi tenaga panas, kemudian menjadi tenaga mekanik, lalu menjadi tenaga elektrik, tidak akan lebih dari 20 peratus. Meskipun kita telah melalui kelemahan teknologi sekarang dalam mengubah uranium menjadi tenaga, maka yang berubah menjadi tenaga sebahgian kecil dari uranium. Sementara itu, bahgian besarnya ada pada panas nuclear yang memancarkan tenaganya pada ribuan dan jutaan tahun dan berubah menjadi anasir lain dan akhirnya menjadi timah.
Tetapi itu bukan tujuan yang paling akhir. Pada sisi lain, perlu adanya perhimpunan gelombang-gelombang yang lalu diubah kembali menjadi tenaga dan kemudian diubah lagi menjadi benda. Setiap bahgian, atom, dan benda besar dikembalikan ke tempat asalnya. Dan kemampuan menghimpunkan sinar-sinar itu, pada masa sekarang, dan mengubahnya menjadi tenaga elektrik dalam bentuk yang sama ketika dikirimkan, kadang-kadang tidak lebih dari 50 peratus. Ertinya, yang tersisa dari benda asli, sampai sekarang, setelah benda itu diubah menjadi tenaga dan dikirimkan melalui gelombang elektro magnetk mikro, yang lalu diterima dan diubah sekali lagi tenaga itu, hanya mencapai 10 peratus. Dan itu terjadi sebelum kita melangkah ke langkah paling akhir, yakni mengubah kembali tenaga itu menjadi benda.
Langkah paling akhir inilah – yakni mengubah tenaga itu menjadi benda dalam bentuk aslinya yang tidak dapat dilakukan oleh manusia abad dua puluh sekarang ini. Kerana itu, kita tidak mengetahui kemampuan penyempurnaan langkah terakhir ini.
Jika kita tetapkan bahawa, dalam keadaan paling utama, manusia dapat mengubah 50 peratus tenaga sisa itu menjadi benda, maka yang akan kita dapatkan jumlahnya lebih sedikit dari lima peratus dalam benda yang sejak mula kita buat. Ini bererti bahawa, jika kita mulai membuat singgahsana Ratu Balqis, lalu kita ubah menjadi tenaga melalui suatu cara tertentu, dan kita kirimkan tenaga ini melalui gelombang mikro, kemudian gelombang ini kita terima lagi, lalu kita ubah sekali lagi menjadi tenaga, atau diubah menjadi benda, maka kita tidak akan mendapat lebih dari lima peratus dari singgahsana Ratu Balqis itu. Sisanya tercerai-beraikan di celah-celah perubahan-perubahan itu jika kita lihat kemampuan paling minima dalam usaha ini. Yang lima peratus dari benda asli itu tidak akan cukup untuk membangun satu bahgian kecil saja dari singgahsana Ratu Balqis, baik kakinya maupun tangannya. Akan tetapi, hasil yang dicapai oleh seorang alim yang diberi ilmu dari Al-Kitab itu adalah seratus peratus sehingga Nabi Sulaiman berkata sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an.
“Ia berkata: ‘Ubahlah singgahsana itu. Akan kita lihat apakah ia mengenalinya atau tidak”. Dan ketika Balqis datang, bertanya kepadanya Nabi Sulaiman: “Serupa inikah singgahsanamu?” Ia menjawab: “Seakan-akan ini adalah singgahsamaku. Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami termasuk orang-orang yang berserah diri.”( Erti ayat An-Naml: 41 -42).
Itulah pandangan dan pendapat yang bagus. Dan saya setuju dengan Dr. al-Mahjari. Hanya saya berbeza pendapat dengan beliau dalam satu hal, yakni beliau menyangka bahawa yang diberi ilmu dari Al-Kitab itu adalah jin. Menurut hemat saya, ia adalah seorang manusia. Sebab, pada hakikatnya, manusia lebih kuat daripada jin dan lebih mulia dalam pandangan Allah s.w.t. Betapapun kuatnya Iblis dan Dajjal, kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki manusia, dengan kurnia dan izin Allah, jauh melebihi kekuatan dan kekuasaan mereka, jin, iblis dan Dajjal.
Bersambong….
No comments:
Post a Comment