Sunday, January 30, 2011

Samb: ke 4 Pertemuan Kedua Dengan Seorang Agung (Nabi) Dalam Kehidupan Dajjal

Ia mulai menjelajah lautan, tanah-tanah tandus, padang pasir dan daratan. Ia bergaul dengan berbagai kehidupan dan makhluk-makhluk yang hidup. Ia mempelajari berbagai pengalaman tanpa batas.

Tetapi, ia belum melihat kerajaan. Anehnya, ia melakukan banyak kejahatan, menumpahkan darah, mencuri, merampas, merompak seperti lanun dilaut ulung. Tetapi ia tidak memiliki lebih dari kenderaannya.

Dajjal telah tergila-gila dengan pemikiran untuk menguasai dunia. Ia berfikir untuk kembali ke pulaunya yang dulu dilaut Yaman. Ia ingin mengasingkan diri dari segala urusan dunia. Ia berfikir dan merancanakan untuk menguasai seluruh negeri yang pernah dilaluinya. Ia menaiki perahunya beserta para pengikutnya menuju ke Yaman. Di situ ia turun menuju salah seorang pengikutnya. Lalu ia membawa sejumlah besar perhiasan emas di dalam perahu besar yang dikemudikannya sendiri menuju pulau yang ditujunya.

Setelah ia berlabuh dan berjalan menuju gua, tiba-tiba binatang raksasa itu merintangi jalannya. Binatang itu bersama dua puluh orang yang berwajah seperti matahari yang bersinar dan bercahaya, tubuh mereka tinggi melebihi pohon-pohon yang tinggi. Pada tangan mereka yang besar terdapat rantai besi besar berlapis baja pengilat seperti emas yang bukan dari dunia ini. binatang itu juga memanggil ikan yu. Orang yang cacat kedua matanya ini mengigil. Dengan ketakutan, ia berkata:

Apa ini? Siapa mereka? Bagaimana mereka dapat sampai kesini? Bukankah telah aku katakan bahawa engkau adalah syaitan betina yang mempunyai pelayan?”

Mendengar perkataanya, binatang itu merasa ketakutan lalu berteriak:

“Wahai orang paling bodoh, engkau telah mensia-siakan dua kesempatan, dan tidak tersisa bagimu kecuali janji terakhir.”

Sebelum binatang itu menyelesaikan perkataannya, atau sebelum orang itu bertanya lagi, tiba-tiba dua puluh orang itu menyerangnya. Ia pengsan kerana ketakutan.

Setelah Dajjal siuman, ia mendapati dirinya telah berada di dalam gua, sementara binatang itu ada di depannya. Ketika ia ingin mengerakkan kedua kaki dan tangannya, ia merasa berat sekali. Ia mendengar bunyi loceng ang menakutkan. Sementara itu, cahaya pagi telah menyinari guanya melalui celah-celah diatas, di samping pintunya yang selalu terbuka. Ia mendapati dirinya terikat. Kedua tangan dan kakinya terbelenggu dengan rantai yang sangat panjang agar dapat bergerak, berdiri, duduk dan berjalan atau buang air di belakang yang jauh dari gua itu yang disiapkan sebelumnya dan disiapkan pula telaga di sampingnya. Binatang itu sangat memerhatikan kebersihan dan pengurusan badannya.

Ia diliputi ketakutan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia mencuba melepaskan ikatan dirinya. Tetapi, bagaimana mungkin ia dapat melakukan itu, sementara belenggu yang mengikat kedua kaki dan tangannya sangat kuat. Hal seperti itu belum pernah ia lihat sebelumnya. Bahkan. Ia tidak pernah mendengarnya di berbagai penjara dinasti para fir’aun atau dari para penguasa lain yang pernah ia lihat. Semua badannya terbelenggu dan hujungnya diikatkan ke dinding gua yang dibuat dari batu.

Kalaupun ia dapat melepaskan rantai itu dari batu maka bagaimana ia dapat melepaskan rantai yang mengikat kedua kaki dan tangannya keadaannya menjadi lebih sukar daripada menemukan burung gagak di atas samudera yang luas.


Bersambong….

Saturday, January 29, 2011

Samb: ke3 Pertemuan Kedua Dengan Seorang Agung (Nabi) Dalam Kehidupan Dajjal

Namun Dajjal tidak mahu berhadap-hadapan. Ia ingin membenarkan dirinya dengan hujjah yang lemah untuk tidak mengimami Nabi ‘Isa al-Masih. Bahkan, ia tidak akan menemuinya sama sekali. Padahal, dalam sanubarinya, ia menyakini bahawa ‘Isa bin Maryam adalah nabi kedua yang ia membaca pada batu tulis. Namun, ia tidak ingin menjadi pengikutnya, walaupun Nabi itu mengangkatnya sebagai penguasa atau raja suatu negara atau negeri. Ia menginginkan sesuatu yang lain yang menurutnya sesuai untuk dirinya, yakni mengapa ia tidak menjadi nabi? Bahkan, mengapa ia tidak menjadi Tuhan? Mengapa ia tidak menguasai seluruh negeri yang ia kelilingi, ia tinggali, ia kunjungi, bahkan yang belum dikunjungi? Ia ingin segala sesuatu tunduk padanya, tetapi bagaimana caranya?

Binatang raksasa itu memberitahukannya bahawa kesempatan terakhir baginya adalah mendustai nabi kedua. Jika ia mendustakannya dan datang nabi ketiga, maka ia akan menjadi tuhan yang memerintah tetapi tidak berkuasa. Sekarang, ia berketetapan untuk mejadi tuhan yang memerentah dan berkuasa. Sebab, tidak ada yang dapat memerentah tanpa kekuasaan. Bagaimana perkataan ini boleh terjadi? Pasti, binatang itu adalah syaitan yang telah mencuri berita dari langit, dan ia mengetahui bahawa aku akan menjadi orang yang mulia di dunia ini. tetapi, ia berbohong dalam pemberitaannya kepadaku. Atau berita-berita itu disampaikan kepadaku setelah dicampuri berita-berita lain.

Begitulah pembohongan membesarkan dirinya dalam dusta apapun. Pembunuhan membenarkan dirinya dalam kederhakaannya. Penipu membenarkan dirinya dalam tipuannya.
Itulah penyakit jiwa lama yang merasuki akal dan hati penderhaka di setiap zaman dan di setiap tempat.

Nabi Isa al-Masih menunggu kembalinya seseorang yang ada di luar. Tetapi, hal itu tidak mungkin terjadi. Orang itu yang akan mencuri nama dan gelarannya di kemudian hari. Nabi Isa al-Masih memperingatkan kaum dan para pengikut (hawariyyun)nya akan fitnah Dajjal yang mengaku sebagai al-Masih, padahal sesungguhnya bukan. Nabi Isa memperingatkan mereka akan kejahatan dan sihirnya.

Dajjal memutuskan untuk pergi mengembara ke negeri-negeri yang jauh ia akan pergi melancong ke negeri-negeri India, Buddha, Jepun dan Cina.

CATITAN: Budha adalah nama gelaran yang bermakna seorang arif waspada atau orang alim tercerah. Nama aslinya adalah Sidharta. Ia dilahirkan pada tahun 563.M. kedua orang tuanya berasal dari kabilah Sakiya dari kalangan keluarga pejabat. Ia menjalani kehidupan sederhana melalui kerahiban, menjauhi keduniaan, dan meninggalkan isteri dan anak-anaknya. Maka, ia disebut Ghautama, yang bererti rahib.

Pohon tempat ia berteduh di bawahnya disebut pohon ilmu atau pohon suci. Bahkan, pohon itu diakui oleh para penganut Budha sebagai berkedudukan tinggi seperti salib bagi para penganut Nesrani. Sebenarnya, meskipun menyebarkan ajaran kebatinan dan nilai-nilai pendidikan yang baik, ia hanyalah seorang filsuf dan bukan nabi, sebagaimana diakui oleh sebahgian orang. Ia tidak pernah memperbincangkan masaalah keujudan Allah, tidak membawa amalan-amalan ibadah dan akidah tertentu. Oleh kerana itu, ajaran Budha tidak menentang orang-orang Hindu dan para dewa mereka.

Abu al-Makarin Azad, menteri pendidikan India mengatakan: “Menurut hemat si penulis, lebih tepat mengolongkan Budha dalam kelompok filsuf daripada para nabi. Ini kerana ia tidak pernah membahas masaalah keujudan Allah s.w.t. Ia mulai dan mengakhiri bahasanya tanpa menyinggung keyakinan kepada Allah. Namun, para pengikutnya memalingkan ajaran-ajarannya menjadi suatu mazhab agama. Mereka pun mempertuhankan Budha”



Bersambong….

Thursday, January 27, 2011

Samb: ke-2 Pertemuan Kedua Dengan Seorang Agung (Nabi) Dalam Kehidupan Dajjal

Dajjal mengetahui bahawa orang-orang Samirah mengaku bahawa keturunan para penganut agama Musa yang benar dan bahawa Musa menjadikan Bait Iyl, yakni rumah Allah, sebagai kiblatnya setelah tersebar khabar bahawa Nabi Ya’aqub, nenek moyang tertinggi bangsa Ibrani telah membangun tempat ibadahnya yang disucikan Allah di tempat itu.

Tetapi yang paling menghairankan adalah bahawa ia mendengar tentang seseorang dari keterunan Nabi Dawud, dari pihak ibu, mengaku sebagai nabi, ia adalah al-Masih, sang penyelamat kaum Yahudi dari pertikaian, kezaliman dan kemusnahan. Ia datang bukan untuk menghapus, melainkan untuk menyempurnakan Namus (ajaran agama).

Dajjal ingin mengetahui apakah orang itu betul-betul nabi atau bukan, ia memutuskan untuk mengujinya agar menjadi pertemuan besar kedua dalam hidupnya, yang pernah dijanjikan kepadanya. Ia pergi ketempat tinggalnya dan mengutus seseorang, sementara ia tetap tinggal di luar. Orang itu berkata: ” Jika engkau benar-benar seorang nabi, katakan padaku siapa berada di luar!” Nabi Isa al-Masih berhenti sejenak, lalu berkata:

“Wahai saudaraku, beritahukan kepada orang yang mengutusmu bahawa Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung menerima taubat dan mengampuni dosa-dosa segenap hamba-Nya. Jika hamba itu mahu bertaubat, mengesakan Tuhan, maka ia benar-benar kembali. Dia-lah yang melindungi anak kecil yang sedang tidur dari kekejaman penguasa. Dia-lah yang memeliharanya di pulau tempat tinggal binatang raksasa itu di saat ia masih kecil. Dia-lah yang mengajarkan kepadanya keesaan Tuhan dan solat melalui utusan kepercayaan-Nya, Jibril. Dia Maha Kuasa untuk memaafkan fitnah yang telah dilakukannya kepada Bani Israel jika ia beriman kepada Masih ar-Robb dan apa yang diturunkan padanya berupa Injil”.

Utusan itu keluar menemui orang yang cacat kedua matanya, lalu menyampaikan khabar yang diterimanya. Tetapi ia tidak menanggapi selain mengatakan: “Ia adalah tukang sihir. Syaitan-syaitan telah merasuk ke dalam dirinya. Jika ia seorang nabi, ia tidak akan mengetahui siapa aku dan apa yang telah terjadi, sebab para nabi itu tidak akan memberitahukan yang ghaib. Hanya Allah yang mengetahui yang ghaib, meskipun ada di antara syaitan yang mencuri khabar sebagai mana diajarkan dukun Mesir kepadaku.”

Dajjal mencampurkan satu keghaiban dan keghaiban yang lain. Pada hal, semua keghaiban baik yang telah, sedang, akan, atau tidak akan ada hanya diketahui oleh Allah s.w.t. adalah mungkin bahawa Allah memberitahu yang ghaib pada salah seorang nabi untuk menguatkan hujjah-nya.sementara itu, keghaiban yang diketahui para syaitan adalah khabar yang dicuri dari langit. Mereka mendengar dari malaikat, lalu membicarakannya. Selanjutnya, mereka kembali kepada pemimpin mereka, mengkhabarkannya dan mencampurnya dengan seratus kebohongan.
(CATITAN: Dajjal berdusta. Syaitan tidak datang kepada para nabi, Benarlah Allah s.w.t. yang berfirman: “Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak dosa. Mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan-syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah pendusta-pendusta,” (Erti ayat Asy-Syu’ara’: 221-223).

Dalam kitab Sahih Bukhari disebut bahawa Aisyah pernah berkata: “Ada beberapa orang yang bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang dukun-dukun itu. Rasulullah s.a.w menjawab: “Mereka bukan apa-apa. Mereka berkata; Wahai Rasulullah, mereka mengata sesuatu dan ternyata itu terjadi,’ Nabi Muhammad .s.a.w. bersabda: “kata-kata yang benar itu dicuri, lalu dibisikkan ketelinga pemimpinnya seperti kotekan ayam. Kemudian mereka mencampurkan kebohongan lebih dari seratus macam di dalamnya.”

Imam Bukhari meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah bahawa Nabi Muhammad s.a.w. pernah bersabda: “Jika Allah telah menentukan suatu urusan di langit, maka ada malaikat yang mengepak-ngepakkan sayapnya kerana tunduk pada firman Allah: “Bagaikan rangkaian di atas batu besar yang halus. Jika rasa takut telah dihilangkan dari mereka, mereka berkata:

“Apa firman Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Al Haqq Yang Maha Agung lagi Maha Besar.’ Firman itu didengar oleh pencuri berita demi pencuri berita. Sufyan menggambarkannya dengan telapak tangannya, lalu memiringkannya dan mengembangkan jemari. Ia mendengar berita itu, lalu disampaikan kepada yang berada di bawahnya. Kemudian berita itu disampaikan lagi kepada yang membawahnya lagi, hingga akhirnya disampaikankepada tukang sihir atau dukun, mungkin saja ia disambar percikkan api sebelum menyampaikan berita itu kepada temannya, atau mungkin menyampaikannya sebelum memahaminya. Ia menyusupkan seratus berita bohong bersama berita tu. Mereka katakan:

‘Bukankah telah dikatakan pada kami hari ini dan itu? Maka kalimat yang didengar dari langit itu dibenarkan.”

Muslim juga meriwayatkan hadis yang sama dari Ibnu A bbas. Bukhari meriwayatkan hadis dari Aisyah, dari Nabi Muhammad s.a.w yang bersabda:

“Sesungguhnya malaikat membicarakan, diawan, perkara yang terjadi di bumi dan berita itu didengar oleh para sayitan. Kemudian berita itu dibisikkan ketelinga dukun seperti mengisi botol. Mereka menambahakan seratus kebohongan di dalamnya.”)
Bersambong....

Wednesday, January 26, 2011

Pertemuan Kedua Dengan Seorang Agung (Nabi) Dalam Kehidupan Dajjal

Setelah diusir oleh Nabi Musa a.s., Samiri mulai mengembara sendirian melalui jalan-jalan di Sina menjauhi Nabi Musa a.s dan kaumnya. Lalu, suatu ketika, ia duduk-duduk dipuncak suatu gunung tinggi memandangi orang-orang yang berpergian dengan menaiki perahu di lautan. Ia berharap dapat menumpang perahu pergi ke negeri mana saja yang dapat dikunjunginya.

Untuk pertama kalinya ia pergi ke suatu negeri yang dikenal dengan nama Bilad al-Ghal (negeri makmur). Lalu ia tinggal di situ sebentar kemudian ia pergi menuju kabilah-kabilah al-Bulghar.

Setelah ia tinggal cukup lama beserta penduduk al-Awral. Ia juga pernah mencuba hidup di lingkungan kabilah al-Ghuz. Dari situ ia melanjutkan pengembaraannya ke Chorcha. Ketika merasakan kerinduan untuk kembali ke kampung halamannya, ia kembali melalui laut untuk menuju pulau hijau di Laut Yaman.

Yang aneh dari Samiri adalah bahawa ia betul-betul telah mencapai usia sangat lanjut, tetapi tidak nampak adanya kerepot pada wajahnya. Ia bergerak dan melompat bagaikan seorang lelaki yang baru berusia tiga puluh tahun. Pada hal ia lahir seratus tahun sebelum kelahiran Nabi Musa a.s. Ia telah mendapat banyak pengalaman dari perjalannya ke pelbagai bangsa di pelbagai negeri yang di kunjunginya. Lantaran banyaknya negeri dan bangsa yang dikunjunginya tidak seorang pun dapat membayangkan bagaimana caranya ia melakukan itu semua.

Bahkan, ia juga menguasai pelbagai bahasa dari Hierogliph hingga bahasa-bahasa yang dipergunakan bangsa-bangsa yang berada antara dua sungai (Eufrat dan Tigris).

Ia hidup di sebuah pulau sebagai seorang raja. Pada mulanya, ia mencuba mencari seekor binatang raksasa. Tetapi ia tidak mendapatkannya. Seakan-akan ia bersembunyi atau telah menjadi abu. Ia menyangka bahawa temannya itu telah mati. (Binatang yang banyak bulunya itu belum mati).

Ia menduga demikian kerana betapa panjang umurnya. Lalu ia mencuba pergi melihat-lihat tujuh batu besar tempat pelbagai tulisan yang mengajarinya mengenal Allah s.w.t. Tiba-tiba ia mendapatkan binatang raksasa aneh itu, tetapi keadaanya sudah berubah. Kemampuannya berbicara telah hilang. Binatang itu hanya dapat mengucapkan:

“La ilaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah). Hanya milik-Nya kerajaan dan segala pujaan. Dia menghidupkan dan mematikan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Pada mulanya Samiri kebingungan. Tetapi hatinya kembali pada apa yang telah diusahakan dan dilakukan. Ia tidak mengubah niatnya, bahkan tidak menyesali kesalahannya. Ia tetap saja mengikuti kehendak nafsunya.

Namun, ia tidak dapat hidup sendiri di pulau itu tanpa binatang tersebut. Maka ia kembali ke Samirah tanah moyangnya. Ia mendapatkan dunia tidak seperti pernah dilihatnya. Di situ ia menemukan sekelompok manusia yang di sebut as-Samiriyyah, campuran antara Yahudi dan Assyria. Kelompok manusia tersebut terbentuk setelah kembalinya sebahgian kelompok Yahudi menyusul kejatuhan negeri Babilon yang besar itu. Lalu mereka membangun kuil khusus untuk mereka. Di dalam kuil itu mereka biasa membaca syiar-syiar kuil Bait Al- Muqaddas. Ia menemukan bahawa nama Samirah (lihat catitan 1) telah menjadi Jirzim sebagai bukti, iaitu gunung terkenal di Samirah (lihat catitan 2).

(CATITAN 1: diatas puing-puing kota Samirah kuno ini berdiri kota Naples. Samirah adalah ibu kota kerajaan Israel warisan Nabi Sulaiman. Orang-orang Samirah mengikuti keyakinan khusus yang bertentangan dengan puak dan mazhab Yahudi lainnya. Orang yang memilih Samirah sebagi ibu kota kerajaan Israel ialah Raja ‘Umri yang pernah berkuasa di Israel pada tahun 885-874 S.M. Samirah terletak di lembah Sa’ir. Lembah ini mempunyai tempat yang strategic untuk menguasai jalan sebelah utara dan selatan dalam menghadapi musuh yang datang dari kerajaan Yahudi. Hal itu disebabkan mudah menjalin hubungan dengan Finikia berdasarkan perjanjian persekutuan. Jarak Samirah dari al-Quds adalah sekitar empat puluh dua mil ke arah utara.)

(CATITAN 2: Kuil yang dibangun oleh orang-orang Samirah itu telah berdiri sejak dua ratus tahun, yang merupakan kemuliaan atas Bait al-Muqaddas, khususnya bagi puak-puak fanatic. Kuil itu berada di Jirzim (Samirah). Salah seorang dukun Bait al-Muqaddas menghancurkannya. Bahkan, ia mengerahkan pasukan khusus untuk membersihkan bekas-bekasnya. Akan tetapi, orang-orang Samirah membangunya lagi. Kuil itu tetap berdiri hingga pemberontakan terkenal yang dilakukan orang-orang Samirah dari kelompok Bani Israel pada abad ke-5 M. Kemudian komandan perang Romawi, Vespasion, meghancurkan kota itu. Kemudian, di atas puing-puing keruntuhannya didirikan kota baru. Yang aneh ialah bahawa sampai sekarang peninggalan-peninggalan berupa adat istiadat orang-orang Samirah masih terjaga, tetapi dikenali tanpa kuilnya yang dihancurkan di Jirzim.)

Bersambong…..

Tuesday, January 25, 2011

Samb: Ke-3 Bahaya Besar Dan Tempat Persembunyian Rahsia

Samiri memang betul-betul terusir dari Bani Israel dengan kata: “Pergilah!” pengusiran itu tidak sama dengan seksaan. Jika ia diseksa oleh Nabi Musa a.s. maka ia hidup dalam suasana tidak baik. Alasannya ialah taubat bagi mereka yang telah mencuba menyembah patung anak lembu adalah dengan cara saling membunuh seperti diisyaratkan Al-Qur’an. Apakah logic jika seksaan bagi pelaku fitnah yang memalingkan orang dari penyembahan kepada Allah, hanya berupa pengusiran saja? “Dan sesungguhnya bagimu ada janji (hukuman) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya.” Kebebasan tidak mutlak kerana akan ada yang memberikan seksaan kepadamu dan membunuhmu. Hingga kini, waktunya yang tertentu hanya diketahui oleh Allah s.w.t. “Maka sesungguhnya bagi kamu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat mengatakan: “Tidak boleh menyentuh aku.” (Toha 97)

Atas dasar itu, Rasulullah s.a.w. menolak memberikan izin kepada Umar bin Khatab untuk membunuh Ibnu Sayyad yang ketika itu disangka sebagai Dajjal. Ia bermohon, “Biarkan aku memenggal lehernya, wahai Rasulullah!” Rasulullah s.a.w. menjawab:

“Jika benar ia adalah dajjal, maka engkau telah mempunyai kekuasaan atasnya. Tetapi jika ia bukan Dajjal, maka tidak ada manafaatnya bagimu membunuhnya.” (Al-Qurtubi dalam karyanya at- tadzkirah)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahawa Rasullullah s.a.w. bersabda:

“Tidak ada seorangpun punya kekuasaan untuk mengatasi Dajjal kecuali Nabi Isa bin Maryam.”

Bahkan Imam Mahdi yang akan melawan Dajjal tidak sanggup membunuhnya sendirian. Yang akan membunuh Dajjal, dengan izin Allah dan pada saat yang telah ditentukan serta tidak dapat diingkari, adalah Nabi Isa al-Masih. Yang akan melenyapkan keperibadian Dajjal sampai musnah.

Fikirkan, wahai pembaca budiman, sekali lagi: dan sesungguhnya bagimu ada janji (hukuman) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindari (mengingkari) nya. Tidak diragukan lagi bahawa janji hukuman itu berlaku di dunia ini, sesuai dengan pengetahuan Allah s.w.t. Sebab, seperti yang dimaklum bersama, terjadinya kiamat merupakan janji yang tidak dapat dihindari oleh makhluk Allah dan tentunya bukan janji khusus untuk Samiri saja. Janji yang tidak dapat diingkri itu keras sekali dan berkaitan dengan perkataan sebelumnya, yakni ia boleh pergi dengan bebas tanpa ada yang menyentuhnya.

Dajjal bebas bergerak dan menentukan pilihan.tidak akan ada yang mampu mengalahkan Dajjal kecuali pada saat janji hukuman yang telah ditentukan. Nabi Musa a.s. pernah berkata kepada orang zalim. “kamu mempunyai satu hari.” Tetapi satu hari yang dimaksudkan bukanlah satu hari pada hari kiamat.”

Demikian kata para ulama tafsir. Kita semua termasuk dalam janji hari Kiamat. Janji itu bukan janji khusus yang tidak dapat diingkari. Janji itu berlaku pada suatu zaman yang bukan zaman Nabi Musa a.s. sebagaimana difahamkan dari nas. Jika tidak, Musa a.s. memiliki hubungan lain dengannya. Namun, Dajjal tidak tersentuh pada zaman Nabi Musa a.s. Jadi, ia tersentuh pada zaman lain. Wallahu a’lam.

“Dan lihatlah Tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakkan). Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi ssegala sesuatu.” (Erti Ayat Toha 97-98)

Patung yang pembuatnya dipimpin oleh Samiri dan direka bentuk secara khusus itu dibakar oleh Nabi Musa a.s, dan dihamburkannya ke laut. Nabi Musa a.s, membakarnya kerana patung itu bukan hanya sekadar emas, melainkan juga berupa daging dan darah sebelumnya, meskipun hal itu hanya diperlakukan secara khayalan belaka seperti pengaruh sihir pada deria atau dengan perantaran jejak rasul yang disalahgunakan. Sebab, emas akan bertambah jika dibakar atau dicairkan di atas api. Akan tetapi, Nabi Musa a.s tidak menginginkan apa pun. Oleh kerana itu, ia membakarnya sampai menjadi abu dan kemudian membuangnya ke laut Merah. Nabi Musa a.s. menjadikannya sebagai abu yang berhamburkan di hadapan kaum Bani Israel dan di hadapan Samiri sendiri. Hal itu dilakukan untuk menyedarkan mereka semua bahawa tidak ada tuhan selain Allah, Yang mengetahui segala sesuatu yang ada dahulu, sekarang dan yang akan datang.

Samiri sendiri sambil menitipkan tuhannya yang telah dihancurkan. Sementara itu, Nabi Musa a.s. mengajak kaumnya untuk pergi menuju lembah di Sina. Kemudian Samiri berdiri di pinggir pantai Laut Merah seraya menitipkan Bani Israel. Ia berkata pada mereka: “Sampai berjumpa lagi wahai Bani Israel pada saat Musa a.s tidak ada.”

Sunday, January 23, 2011

Samb: ke-2 Bahaya Besar dan Tempat Menyembunyikan Rahsia.

Musa bertanya: “Bagaimana keadaan kamu berdua?” mereka menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternakanya, sedang bapa adalah seorang tua renta yang lanjut usia.” (Al-Qasas: 23)

Samiri menjawab: “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul (ajaran-ajarannya) lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafasku memujukku.” (Erti ayat Toha: 96).

Anehnya, jawapan Samiri mempunyai gambaran dan penuturan yang keras, seakan-akan ia telah melakukan sesuatu yang menjadi haknya. Atau, seakan-akan ia telah mempunyai rancangan sebelumnya untuk mengadakan uji cuba pada mereka. Ketika ada kesempatan, ia tidak berfikir panjang lagi dan terus melakukannya, lalu ternyata berhasil.

Sekarang mulailah tabir dirinya terbuka. Ia mengaku mengetahui banyak hal yang tidak diketahui oleh Bani Israel. Ia juga, dengan usia relatif panjang, memiliki banyak pengalaman yang tidak diketahui dan dilalui Bani Israel yang relatif masih sangat muda itu.

Sesungguhnnya, ia adalah seorang manusia luar biasa. Ia mempunyai banyak kekuatan yang tidak dimiliki oleh kebanyakkan orang. Daya nalarnya pun telah jauh melampau daya nalar kebanyakkan Bani Israel. Ia mempunyai pemikiran cemerlang yang tidak mereka miliki. Bahkan, ia pun sampai mengetahui berapa kaedah ilmiah kimia dan fizik yang memungkinkannya berinovasi dalam melakukan banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Ia banyak belajar dari pelbagai pengembaraannya dalam usianya yang panjang itu. Iapun telah memelihara peninggalan utusan Allah, malaikat Jibril yang diutus dari langit, sebagaimana diberitakan oleh seekor binatang raksasa yang rajin mengunjungi dan mengawasi serta membimbingnya. Padahal, ketika itu ia masih kecil dan hidup di suatu pulau yang berada di jantung laut Yaman.

Disini, Nabi Musa a.s. mulai menyedari bahawa ia sedang berhadapan dengan seorang Dajjal. Ia juga diperentahkan oleh Allah untuk memperingatkan kaumnya dari fitnah yang akan ditimbulkannya. Akan tetapi, ia sekarang diamanati Allah untuk menyampaikan risalah kepadanya, meskipun tidak diberi kekuasaan atasnya. Jika Nabi Musa a.s. diberi kekuasaan untuk memeranginya, tentu ia akan menebas lehernya, melihat dan mengetahui wataknya yang buruk dan sangat biadab itu atau setelah menanyainya dan membuktikan alasan perbuatannya. Teristimewa lagi, Samiri terang-terangan mengaku bahawa dirinya bertanggung jawab penuh. Ia juga menyedari sepenuhnya bahawa ia telah dipujuk dan diperdayakan oleh nafsunya sendiri.


Menanggapi pertanyaan Samiri itu, Nabi Musa a.s. hanya mengatakan: “Pergilah kamu!”
Ya, Nabi Musa a.s hanya menyuruhnya pergi dengan sepenuh kebebasan dan kemerdekaan. Ia tidak menyeksanya atau, apalagi, membunuhnya. Ia tidak memenjarakannya, bahkan tidak menahannya sesaatpun. Ia hanya menyuruhnya pergi. Ya, pergi untuk melancong dimuka bumi ini ke mana saja sesuai dengan kemahuan dan kehendaknya. Ia bebas berhubungan dengan sesiapa saja. Yang penting, ia bebas dan merdeka! ‘ Sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini.’ yakni cakupan perikehidupan seperti apapun yang ingin di lakukan oleh Samiri boleh dilakukan.

Ertinya segala macam perikehidupan terbuka lebar untuk engkau lakukan. Engkau boleh bersenang-senang dan melakukan apa saja seperti yang dilakukan binatang buas dan liar di hutan belantara dan di daratan. Engkau berhak melakukan apa saja yang engkau suka. Engkau berhak memilih jalan hidup yang engkau inginkan. Selamanya, engkau berhak mengatakan “Jangan kau sentuh aku” tidak seorang pun boleh menyentuhmu untuk mengganggumu. Dan tidak boleh ada yang membahayakanmu selama engkau masih diberi kesempatan hidup oleh Allah. Yang aneh ialah bahawa banyak ahli tafsir menangkap makna dari ungkapan “Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat mengatakan ‘Janganlah menyentuhku’, menyatakan bahawa Samiri mempunyai penyakit kulit yang ganas dan menular sehingga membuat takut orang mendekatinya.”

Ibnu Kathir mengatkan:

“Sebagaimana engkau telah mengambil dan menyentuh apa yang tidak pantas engkau ambil dan sentuh berupa jejak rasul utusan Allah dari langit, maka seksaan bagimu di dunia adalah mengatakan: ‘Tidak boleh menyentuhmu.’ Engkau tidak boleh menyentuh orang lain dan orang lain pun tidak berhak menyentuhmu.”

Dan termasuk hal yang aneh dari Ibnu Kathir, semoga Allah meredhai dirinya dan ijtihadnya, ialah bahawa Samiri patut dihukum kerana ia telah menyentuh jejak utusan Allah dan mengambilnya, bukan kerana ia telah memfitnah Bani Israel. Padahal, jika seseorang berkesempatan seperti Samiri, melihat Jibril dan kudanya, serta mengetahui bahawa tanah akan menjadikan tanah itu subur, maka ia pasti akan mengambil jejak rasul itu, meskipun tidak pernah mempunyai niat untuk melakukan suatu kejahatan.

Sayyid Quthb mengatakan bahawa:

“Pergilah kamu, kerana kamu telah diusir. Dan tidak boleh ada yang menyentuhmu dengan kejahatan ataupun dengan (memberikan) kebaikan. Dan kamu pun tidak berhak untuk menyentuh seseorang.” Adalah salah satu bentuk seksaan yang berlaku dalam agama Islam pada masa Nabi Musa, yakni seksaan pengasingan. Di samping adanya pernyataan mengenai ketidak-bersihan seorang penjahat, maka ia tidak boleh mendekati dan tidak boleh didekati orang lain.”

Bahagian pertama dari apa yang dikatakan Sayyid Quthb memang benar. Namun, bahagian kedua masih dapat dikritik. Sebab, larangan atas Samiri untuk tidak menyentuh seseorang tidaklah rasional. Jika ia diusir dari Bani Israel dan itu tidak terjadi, maka ia masih berhak bergaul dengan yang lain. Jika Nabi Musa a.s. menyeksa dengan pengasingan, yang demikian itu menguatkan pandangan penulis bahawa Samiri telah meninggalkan Bani Israel dan bahawa Nabi Musa a.s. tidak melakukan apa-apa, selain menyampaikan bahawa ia berhak mengecap kehidupan dengan penuh keleluasan. Akan tetapi ia harus pergi jauh dan menjauhi Bani Israel serta tidak seorang pun boleh menyentuhnya dengan menimpakan sesuatu kejahatan, maka ia berhak mengatakan, “La misasa (tidak boleh menyentuhku),” yakni tidak boleh ada yang sewenang-wenang kepadaku dan tidak boleh seorang pun mendekati untuk mengangguku. Barang siapa mencuba mengganggu, maka ia tidak akan berkuasa.
Bersambong....

Saturday, January 22, 2011

Hati-hati...Rompak Melalui Email.

Berhati-hati dengan bermacam cara penipuan... salah satu cararti email yang nekwan terima ini.
fikir pelita hati, wajarkah? dan boleh kah diterima perkara begini... baca email ini..


Dear Allah elected one.I am glad to know you, but Allah knows you better and he knows why he has directed me to you at this point in time so do not be afraid. I saw your e-mail contact at Tunisian ministries of commerce and foreign trade departments . I am writing this mail to you with heavy sorrow in my heart, My Name is Nour El-Huda. And am contacting you from my country Tunisia I want to tell you this because I don’t have any other option than to tell you as I was touched to open up to you, I am married to Mr. Toyo El-Huda who worked with Tunisia embassy in Burkina Faso for nine years before he died in the year 2005.We were married for eleven years without a child. He died after a brief illness that lasted for only five days.Since his death I decided not to remarry, When my late husband was alive he deposited the sum of US$ 8.2m(Eight million two hundred thousand dollars)in a bank in Ouagadougou the capital city of Burkina Faso in west Africa Presently this money is still in bank. He made this money available for exportation of Gold from Burkina Faso mining. Recently, My Doctor told me that I would not last for the period of seven months due to cancer problem. Whoever that wants to serve Allah must serve him in spirit and Truth because Allah is the Most High, Please always be prayerful all through your life.The one that disturbs me most is my cancer sickness. Having known my condition I decided to hand you over this money to take care of the less-privileged people, you will utilize this money the way I am going to instruct herein. I want you to take 30 Percent of the total money for your personal use While 70% of the money will go to charity" people in the street and helping the orphanage.I don't have any child that will inherit this money and my husband relatives are not good not even good at all because they are the one that responsible for the death of my late husband in other to have all my late husband properties and I don't want my husband's efforts to be used by those that conspired for his death. I grew up as an Orphan and I don't have anybody as my family member, just to Endeavour that the name of Allah is maintained.... Am doing this so that Allah will forgive my sins and accept my soul because this sickness has suffered me so much.As soon as I receive your reply I shall give you the contact of the bank in Burkina Faso and I will send authority letter that will prove you the present beneficiary of the money in the bank that is if you assure me that you will act accordingly as I Stated herein. Hoping to receive your reply through my private Email address: mrsnourlhuda@rocketmail.comYours Faithfully.Mrs.Nour El-Hudawritten from Hospital in Tunis

Bahaya Besar dan Tempat Menyembunyikan Rahsia.

Kesaksian berikut ini merupakan kesaksian yang paling berbahaya, yakni pertemuan Nabi Musa a.s. dengan Samiri. Di dalam kejadian akhbar ini, terkandung rahsia yang paling besar menyangkut permasaalahan Dajjal. Rahsia itu tersimpan begitu rapi dan tersembunyi seperti api pada kayu bakar.

Nabi Musa a.s. adalah hamba Allah yang sangat fanatic dan berjiwa keras ketika sedang marah kerana Allah. Bahkan, ia betul-betul seorang perkasa di bumi ini jika sedang memperlihatkan kemarahannya. Lantaran besar kemarahannya kerana Allah, ia sangat terpengaruh oleh kemarahannya itu sehingga tidak mengetahui bila ia marah. Meskipun demikian, ketika ia kembali kepada kaumnya sesudah menemui Tuhannya dan melihat mereka menyembah patung anak lembu, padahal ia sedang memegang beberapa lembar batu tulis, iapun melemparkannya. Kerana peristiwa itu, ia dikatakan telah memecahkan batu tulis tersebut.

Demikian pula penilaian dari ahli kitab. Namun, Allah menggantikannya dengan lembara-lembaran lain. Hanya saja, tidak ada sesuatu pun dalam Al-Qur’an yang menunjukkan hal itu, walaupun memang ia melemparkannya ketika menyaksikan apa yang terjadi.

Menurut ahli kitab, lemparan itu ada dua. Tetapi menurut versi Al-Qur’an, secara lahirnya, batu tulis itu berjumlah banyak. Nabi Musa a.s nampaknya terpengaruh hanya dengan berita dari Allah s.w.t. ehwal penyembahan patung anak lembu. Maka Allah s.w.t. pun memerentahkannya untuk menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri. Oleh sebab itu, disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Hibbin dari Ibnu Abbas berkata bahawa Rasulullah s.a.w.bersabda:

“Berita itu tidak seperti yang di saksikan oleh mata”.

Bagaimanapun entah lembaran batu tulis itu pecah atau tidak dan sipenulis cenderung mengakui tidak pecah, tindakan dari Nabi musa a.s. melemparkan batu tulis itu, menjadi dalil lain yang menambahkan kewaspadaannya, yang menguatkan betapa keras kemarahanya sampai suatu takaran yang melalui batas. Oleh sebab itu, ia sampai berani menarik kepala dan memegang janggut saudaranya, Harun.

(CATITAN: Allah tidak mencela Nabi Musa kerana marah kepada saudaranya dengan cara menarik kepalanya dan memegang janggutnya. Hal itu disebabkan, seperti kata Ibnu al-Qayyim, ia marah kerana Allah. Allah juga telah memberitahukan kepadanya bahawa kaumnya telah terkena fitnah, ketika ia menyaksikan lansung, ia semakin marah. “Berita itu tidak seperti apa yang disaksikan mata.”)

Mungkin Anda setuju dengan penulis, bagi orang yang dikenal mempunyai watak keras dan pemarah seperti itu, tidaklah rasional, aneh, tidak sesuai dengan kewajaran, dan tidak sejalan dengan sifat-sifatnya yang digambarkan oleh Al-Qur’an kalau ia mengajak berbicara Samiri dengan tutur kata sangat halus, santun, dan lemah lembut, malahan, awal perbincangannya pun hanya sekadar minta penjelasan tentang alasan yang mendorongnya melakukan fitnah sangat besar dan bagaimana ia berhasil dalam usahanya itu.

Mungkin anda juga setuju dengan penulis bahawa Nabi Musa a.s yang melemparkan lembaran –lembaran batu tulisan ketika menyaksikan Bani Israel ada disekitar anak lembu yang mereka buat sendiri segera beraksi dengan menyatakan bahawa mereka tersesat dan mengingkari Allah. Apakah normal dan tidak aneh jika ia hanya berdialog dengan Samiri yang ada didepannya, dan tidak melakukan tindakkan lainnya? Bukankah anda setuju dennganpenulis bahwa Nabi Musa memarahi saudaranya dengan menarik kepala dan memegang janggutnya, mengatakan kepadanya “Hai Harun, apakah yang menghalangimu memberitahukan aku ketika kamu melihat mereka telah tersesat hingga kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah sengaja menderhakai perentahku? ” ( Erti Ayat Toha: 92-93)

Bukankah kita telah biasa mendengar bahawa jika Nabi Musa a.s. marah maka seketika itu juga ia melampiaskan kemarahannya? Atau, ia marah, lalu kemarahannya itu diikuti dengan ucapan, kemudian melakukan tindakan lain dalam kesempatan lain, hatta kepada orang Mesir yang ditamparnya sampai mati?

Meskipun para ulama tafsir mengatakan bahawa kata ‘al-khatb’ yang dipergunakan Nabi Musa a.s. dalam berdialog dengan Samiri menunjukkan betapa buruknya bencana itu, yang jelas adalah bahawa, Nabi Musa a.s. hanya mengucapkan kata-kata itu dan tidak melakukan tindakkan apapun. Kalau begitu kita boleh menuliskan seribu tanda tanya. Semuanya tidak mungkin dibenarkan kecuali hanya dalam satu keadaan, yakni bahawa tiada reaksi keras berupa tindakan lain kecuali dialog dari Nabi Musa a.s. hanya wahyu dari Allah s.w.t. kepadanya. Itulah sisa dialog yang tidak disebutkan Al-Qur’an.

Diharap bahawa ia kembali menjelaskan pesanan khusus dari Allah kepadanya ketika melakukan dialog dengan Samiri, selain risalah yang disampaikan kepadanya.
Allah berfirman: “Qaala famaa hadhbukaa yaa saamiri”

Ia berkata: “Apakah yang mendorongmu untuk melakukan hal demikian wahai Samiri?”

Bersambong….

Friday, January 21, 2011

Samb: 3 Dajjal Di Negeri Fir’aun…

Dalam kitab tafsir karya Ibnu Kathir disebutkan ada sebuah riwayat dari Ibnu Abbas yang pada dasarnya menyatakan bahawa:

“Harun berkeinginan menyelamatkan Bani Israel dari kekejian perhiasan-perhiasan yang mereka curi itu dengan mengumpulkannya pada suatu lubang. Jika Nabi Musa telah kembali, tentu ia akan melihat dan mengeluarkan pendapatnya sesuai dengan kehendaknya.”

(CATITAN: Disebut dalam kitab Tafsir karya Ibnu Jarir bahawa Nabi Harun berkata pada mereka:

”Wahai Bani Israel, sesungguhnya ghanimah (harta rampasan perang) tidak halal bagi kaum kamu semua, dan sesungguhnya perhiasan orang Qibti juga tidak hahal bagi kamu semua. Maka kumpulkanlah semua perhiasan itu, lalu sediakanlah lubang baginya. Pendamkanlah perhiasan itu di dalamnya. Dan jika Nabi Musa datang dan menghalalkannya, ambillah.”)

Kemudian datanglah Samiri. Ia melemparkan tinta yang digenggamnya kedalam perhiasan itu.ia meminta kepada Harun untuk berdo’a kepada Allah agar mengabulkan permintaannya. Kemudian, Nabi Harun berdo’a tanpa mengetahui apa yang sebenarnya diminta Samiri kepada Allah, dan ternyata do’a itu dikabulkan. Ketika itu Samiri berkata:

“Aku meminta kepada Allah agar perhiasan itu menjadi anak lembu. Lalu ia menjadi anak lembu yang bersuara.”

Patung emas itu berubah menjadi seekor anak lembu yang boleh bersuara dan berjalan. Ia bukan sekadar patung yang mempunyai dua lubang di belakang dan di depan jika ada hembusan angin menerpanya, berubah menjadi kuning.

Sesungguhnya Khuwar (suara) anak lembu itu tidak disebut safir (suara pluit/wisel). Demikian pula sebaliknya, safir tidak disebut khuwar. Keistimewaan Al-Qur’an adalah kotonasi makna kata-katanya terbatas dan tertentu. Bahkan, di sinipun tidak berlaku bentuk tasybih, yang menyerupaikan khuwar dengan suara lembu yang sebenarnya (safir)

Al-Qur’an hanya menyebutkan, “ Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah Tuahnmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” (Erti Surah Toha: ayat 88)

Yang aneh ialah bahawa Bani Israel ternyata mahu dipermainkan syaitan dan khususnya, Samiri yang menyuruh mereka untuk menyembah anak lembu, padahal mereka sendiri tahu benar siapa yang membuat, memahat dan merancangnya. Mereka juga menyaksikan patung itu dilemparkan keapi yang menyala, dipukul dengan palu, kemudian didinginkan dengan air laut, bahkan dibolak-balik oleh pembuatnya. Yang juga aneh ialah bahawa mereka tidak hanya mengakuinya sebagai Tuhan, malah memandangnya sebagai Tuhan Nabi Musa. Dengan berani sekali mereka menyeret Nabi Musa untuk menyekutukan Tuhannya, Allah s.w.t. mereka sampai hati berbuat demikian. Mereka benar-benar bodoh lantaran menyembah binatang paling dungu dan tolol, yang tidak dapat menolong dirinya sendiri. Pantas jika penyembah berhala diakui sebagai perilaku paling bodoh, dungu dan tolol, Bahkan tanpa ragu-ragu, mereka menyatakan bahawa benda yang mereka buat bersama-sama itu adalah Allah, yang pernah mengajak Nabi Musa berdialog. Lebih jahat lagi, mereka menuduh Nabi Musa sebagai orang yang sesat dan salah. Mereka mengatakan, seperti disebut dalam Al-Qur’an, lalu Nabi Musa lupa.

Menurut Ibnu Abbas, yang dimaksudkan dengan nabi Musa “lupa” ialah bahawa beliau tersesat dan tersalah jalan. Dalam satu riwayat lain dari Ibnu Abbas disebut juga bahawa Nabi Musa lupa menyebut kepada Bani Israel bahawa Allah adalah Tuhan mereka semua juga dan Tuhan Nabi Musa. Itulah pendapat yang masyur seputar “lupa”-nya Nabi Musa. Jelaslah bahawa tuduhan “lupa”-nya Nabi Musa berasal dari Samiri dan orang-orang yang mengikuti dalam menyembah patung anak lembu.

Bani Israel yang bersikap tidak baik kepada Nabi Musa adalah para pengikut Samiri terkutuk itu, yang telah membeli mereka dengan harta kekayaan, perhiasan emas dan barang-barang lainnya sesudah ia mendakwa dirinya sebagai seorang rasul yang sebenarnya. Bahkan, ia mengaku sebagai anak Tuhan. Meskipun Nabi Harun memperingatkan mereka hanya untuk menyembah Allah, mereka tetap saja menyembah patung anak lembu itu dan bernyanyi untuknya. Anak –anak lembu itu kembali kekaadaan semula, diam dan tidak bersuara. Ia hanya sekadar patung dari emas tanpa suara dan tanpa gerakan kerana pengaruh Jibril telah bersayap. Namun, fitnah tetap ada. Bani Israel terus saja menyembah berhala yang tidak mampu melakukan apa-apa, tidak sanggup mendatangkan bahaya dan tidak pula dapat memberi kebaikkan.

Disaat Nabi Musa marah, ia menarik kepala dan janggut saudaranya, Nabi Harun, ia mencelanya:

“Hai Harun, apa yang menghalangmu ketika kamu lihat mereka telah sesat (sehingga kamu tidak mengikutiku.” (Erti Ayat Toha: 92-93)

Ertinya, apa yang menghalangmu dari memberitahuku ehwal kesesatan mereka sejak awal?
Lalu disebutkan:

“Apakah kamu sengaja menderhakai perentahku?”

Maksudnya, seperti apa yang pernah aku kemukakan kepadamu, yakni berupa perkataanya:
“Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku dan perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakkan.” (Erti Ayat Al-A’raf: 42)

Untuk lebih santun, harun memanggil saudaranya dengan kata-kata halus: “ Wahai putera ibuku.” Padahal mereka hanya saudara seayah saja. Sebab, penyebutan ibu nampaknya lebih halus. Ia berkata: “Wahai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan pula kepalaku.” (Erti Ayat Toha: 94)

Inilah permohonan maaf Nabi Harun kepada saudaranya, Nabi Musa, kerana terlambat menemuinya untuk memberitahu bahaya besar yang telah terjadi. Nabi Harun berkata:

“Sesungguhnya aku takut kamu akan berkata kepadaku, kami telah memecah antara Bani Israel dan kamu tidak memelihara amanatku.” (Erti Ayat Toha: 94)

Mengapa kamu membiarkan mereka sendirian dan tidak menjaga yang aku perentahkan kepadamu untuk menggantikanku dalam mengurus dan mengawasi mereka. ( CATITAN: kitab Ighathah al-‘Adl, Iskandariyah, hlm.300-301)

Thursday, January 20, 2011

Bersanta Di Hujung Minggu Ke Mid Valley


Melihat kesibukkan orang ramai membeli belah dan bersiar layar di kawasan Mid Valley.
Hmmm… macam-macam kerenah dan cara berpakaian yang nekwan lihat disini, hampir tiga jam Nekwan duduk di pinggir air pancutan di perkarangan kawasan Mid Valley. Sambil perhatikan cucu nekwan yang berlari kesana kesini dengan penuh kegembiraan.

Budak-budak sekarang yang remaja-remaja ni tidak lansung segan silu mengenakan pakaian yang menjolok mata, mendedahkan dada hingga tersembul…. Dan ada pulak yang berskirt pendek sampai boleh nampak pakaian dalam! Eiiiiii… dimanakah letaknya nilai diri wanita wahai anak cucu sekelian?

Aduuhhh… memanglah korang ni nak mintak di rogol! Kalau kena jenayah yang begitu! Salahkan perogol! Tapi… kita yang beri laluan dan buka peluang untuk mereka? Hmmmm.. ni mesti orang yang tak lurus… wanita peraga kot!?! sebab pasangan yang mereka kepit itu orang asing!
Ada jugak yang bertudung litup! Tapi seluar jean mereka…Na’uzbillah! Sendat! padat! Semua nye nampak! Sama jugak macam tak pakai seluar, Cuma warna asal jeer tak nampak! Saiz besar dan alur dalamnya… ishk! Ishk! Ishk! Astaghfirullah ‘al ‘azimmm….

Nampaknya ramai remaja-remaja yang memakai tudung, bukan kerana tuntutan Islam itu sendiri!? Tetapi, ianya adalah fasyen semata-mata, sayang! Bagi yang menyalah gunakannya…Ingatlah! Kita yang memakai, orang lain yang melihat, dosanya… dua-dua dapat! yang memakai dah tentu-tentu laa dosanya, yang melihat pula? terperangkap dalam dosa zina mata.

Dalam sifat manusia, tak ada orang yang akan menghindari dan melarikan pandangan mereka dari perkara-perkara yang terlarang. Malah seronok! untuk melihat terus, Kerana disitulah nikmat yang dijanjikan oleh syaitan dan mendorong kita kejalan maksiat.

Ada beberapa keping gambar yang nekwan snap! Tapi agak kabor.. maklumlah candid camera… he he he atau lebih jelas lagi, gamba curiiiiii… gambar-gambar yang keterlaluan dah kena cencor… tak boleh siarkan wajah mereka, nanti jatuh pada kategori pengaiban… nekwan tegur ni bukan nak mengaibkan sesiapa tapi menyedarkan yang terlupa. Allah jua Yang Maha Mengetahui.

Samb: ke-2 Dajjal Di Negeri Fir’aun …

Perhatikanlah, dengarkanlah baik-baik, fikirkanlah, dan renungkanlah! Sesungguhnya dialog antara Nabi Musa dengan Allah s.w.t. tidak berhenti pada kalimat “Dan mereka telah disesatkan oleh Samiri”, tetapi masih ada dialog penyempurnaan setelah itu dalam masaalah dan kesempatan yang sama. Ini disebabkan gaya bahasa Al-Qur’an menggunakan kata iltifat (berpalingnya rujukan dari orang kedua ke orang ketiga atau sebaliknya dalam dialog- penterjemahan) untuk mengajak bicara kepada kita mengenai pelbagai peristiwa tertentu kemudian diakhiri dengan sesuatu yang merupakan sisa dialog. Musa pun berkewajipan menyampaikan pesan Tuhan itu tanpa penambahan atau pengurangan, juga tanpa pengaruh apapun dari dirinya sendiri. Sebab, keadaannya tidak seperti keadaan Bani Israel yang tidak bertaubat, melainkan saling berbunuhan.

Kembalilah Nabi Musa kepada kaumnya dengan membawa kemarahan besar, penyesalan, dan perasaan dongkol. Ia harus bergabung dengan tujuh puluh orang pilihan untuk memenuhi panggilan Tuhan. Mereka meminta alasan kepada Nabi Musa, sekembalinya dari memenuhi panggilan Tuhannya, bahawa mereka terpaksa tinggal bersama Harun yang menggantikannya yang ditinggalkan Musa untuk menemani Bani Israel. Mereka mengatakan:

“Ia memperingatkan kaum kami sebelum kami memperingatkan mereka untuk tidak kufur dan menyekutukan Allah s.w.t. Harun berkata kepada mereka: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perentahku. Dan Musa adalah nabi dan rasul Allah yang diutuskan kepadamu yang memperingatkanmu dari segi ancaman fitnah, bahkan fitnah Dajjal. Boleh jadi, ia adalah Samiri ini. Musa memperingatkanmu bahawa Dajjal adalah pembuat fitnah yang ulung.

CATITAN: Para ulama tafsir Al-Qur’an berpendapat bahawa al Maw’id (perjanjian) yang di kecam Musa atas kaumnya ialah al-‘ahd, bukan perjanjian kedatangannya dari gunung Tursina. Tetapi, tidak ada salahnya jika dikenakan pada kedua makna tersebut. Hanya Allah saja yang lebih mengetahui kebenarannya.

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan, bahawa anak patung lembu itu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka, serta tidak pula dapat memberi kemanafaatan?”

Mereka menjelaskan kepada Musa apa yang telah terjadi. Mereka berkata:

“Kami telah mengetahui bahawa kebanyakkan kaum itu mencuri rumah orang-orang Mesir dan membawa perhiasan emasnya sebagai curian atau pinjaman yang menjadi amanat. Ketika itu Musa Samirah berkata kepada mereka: “Akulah rasul utusan Tuhan yang sesungguhnya kepada kamu semua dan kepada Musa yang lupa pada Tuhannya ketika ia ada dihadapan-Nya, jika ia berfikir. Sesungguhnya, anak lembu inilah yang disembah oleh nenek moyang kita di Samirah. Ia dicuri oleh orang-orang Mesir dari kita, dan mereka menamai ‘anak lembu Ubays’. Sementara itu, orang-orang Mesir tidak tahu bahawa para dukun telah menipu mereka”.

Si laknat itu memberitahu mereka bahawa ia mampu memperlihatkan Allah jika mereka mempersembahkan emas dan segala apa yang mereka curi sebagai korban yang di masukkan ke dalam lubang atau diletakkan diatas batu.

Samiri mencuba mengumpulkan arkitek-arkitek ulung dan bersama mereka ia mencairkan emas dalam bejana dan mendinginkannya dengan air laut. Dari emas itu ia membuat patung anak lembu yang dipahat dan batu besar lalu dilemparkan kedalam emas yang telah cair. Lalu keduanya dipisahkan setelah didinginkan dengan air laut. Lalu masing-masing melemparkan perhiasannya.

Mereka memberitahu Musa Samirah bahawa sudah tidak ada lagi orang yang melemparkan perhiasan emasnya kerana telah habis. Lalu berdirilah Samiri. Dan demikian pula Samiri melemparkannya (Al-Qur’an). Tetapi mereka tidak mengetahui bahawa yang digenggam Samiri adalah tinta basah dari Jibril. Dan bejana itu selalu disimpan dan dibawanya. Ia mengeluarkannya hanya pada waktu yang tepat.

(CATITAN: Dalam suatu riwayat dari kitab Tafsir karya Ibnu Jarir at-Tabari, ada suatu makna yang mendekati kebenaran maklumat yang penulis sebutkan dari pelbagai manuskrip yang sangat jarang ditemukan, yakni Jibril memang betul-betul telah mengurus dan mendidik Samiri. Dalam riwayat tersebut antara lain disebutkan:

“Samiri mengetahui Jibril kerana ibunya, ketika takut anak lelakinya akan disembelih, dan
meninggalkannya disuatu gua dan lalu menutup gua itu. Jibril suka mendatangi anak itu dan memberinya makanan dengan jemarinya. Anak itu mendapat air susu pada sebahgian jemari Jibril dan mendapat madu serta lemak pada jemari lainnya. Begitulah ia mengurusnya sampai tumbuh dewasa. Ketika ia bertemu dengan Jibril di laut tempat Fir’aun tenggelam, ia mengenalinya. Lalu ia menggenggam jejak kudanya.”

Dengan demikian, riwayat itu mengisytiharkan kepada kita bahawa sebenarnya ada banyak riwayat yang mengatakan bahawa Jibril memang pernah mengurus dan mendidik Samiri di masa kecilnya. Hanya saja, ehwal bahawa ia melihat Jibril dan kudanya nampaknya perlu dikaji ulang. Kerana ia bukan nabi, maka hal itu tidak benar. Wallahu a’lam.)

Tiba-tiba seekor lembu yang sempurna bentuknya berada di depan mereka. Tubuhnya besar bagaikan Dinosaurus dan semua anggota tubuhnya nampak berdenyut. Bahkan ia dapat bersuara seakan-akan memanggil mereka untuk tunduk kepadanya, dan mengisytiharkan bahawa Samiri adalah rasulnya yang diutus kepada mereka. Lalu mengisyaratkan kepada mereka supaya segera rukuk pada patung lembu itu. Mereka pun mulai rukuk, kecuali Harun dan Yusya’ bin Nun, yang masih kecil itu, serta orang-orang yang mengikhlaskan hatinya kepada Allah.

Bersambong….

Tuesday, January 18, 2011

Dajjal Di Negeri Fi’aun Dan Pertemuan Menakutkan Dengan Nabi Musa

Setelah beberapa tahun tinggal di Samirah, ia pergi melancong ke pelbagai negeri besar yang penuh dengan keajaiban yang pernah didengarinya, dan juga tentang alam-alam yang aneh. Ia pergi ke Mesir tempat distinasi Fir’aun berkuasa.

Mulailah ia mendekati seorang dukun terkenal di mesir. Dengan kepandaianya berbicara, ia menyatakan keinginannya untuk menjadi pelayan setianya dan anak yang taat asalkan ia di ajari hikmah dan ilmu. Disamping itu, ia meminta untuk didekatkan kepada Fir’aun yang sedang berkuasa. kebetulan, dukun itu diberi umur panjang sekali, yakni tiga ratus tahun. Mulailah dukun itu memereksa watak dan keistimewaan anak muda ini. ia mengingatkan dirinya agar melupakan keinginan bertemu Fir’aun, kerana ia adalah seorang raja yang resialis dan tidak menyukai orang-orang asing. Sebagai contoh, ia memberitahu kepadanya mengenai Fir’aun kepada orang-orang Yahudi dan anak-anaknya. Di antara sifat-sifatnya yang kejam adalah membunuh kaum lelaki, membiarkan hidup kaun wanita dan juga membunuh bayi laki-laki. Ia bersikap sombong di muka bumi bahkan mengaku sebagai tuhan dan tidak mempunyai teman yang mengurusnya. Ia juga memberitahu kepadanya ehwal apa yang diperlakukan Fir’aun atas anak asuhnya yang bernama Musyiyah, yang didapatnya dari sungai Nil.

Kemudian, filsuf itu juga mengisahkan tentang Nabi Musa dengan penuh kejujuran. Ketika ia merasa kagum dengan berita mengenai Nabi Musa dan pemergiannya setelah membunuh seseorang dari Mesir, iapun mengisahkan kepada sang filsuf ehwal dirinya dengan penuh kejujuran pula. Lalu filsuf itu berkata:

”Kalau begitu, engkau adalah Musyiyah yang lain, tetapi dari Samirah, bukan dari Mesir.”

Orang yang cacat kedua matanya ini betul-betul merasa kagum dengan kisah Nabi Musa. Ia lebih kagum lagi kepada filsuf yang menamai dirinya sebagai Musa Samiri kerana perbezaan nasabnya dengan Musa dari Mesir. Jadi, kalau begitu, jelaslah persamaan antara anak Samirah yang diambil dari istana hakim, kemudian dibawa ke pulau hijau, dengan anak Mesir yang diambil dari sungai Nil dan dibawa keistana penguasa.

Musa Samiri mulai tertarik untuk meneliti Musa. Kerap kali ia mendengar bahawa Nabi Musa dan saudaranya, Nabi Harun, berada dikota itu. Keduanya sedang mencari kesempatan untuk bertemu dengan Fir’aun. Di sini, mulailah orang Samirah itu bertemu dengan Nabi Musa. Ia tidak mengisahkan apa-apa kepadanya selain bersamaan dari keturunan Ishaq bin Yaqub. Bapanya adalah seorang raja yang menguasai Samirah sebagaimana dikisahkan oleh datuk-datuknya. Tetapi, Nabi Musa tidak mempertahankan orang itu.

Beliau hanya menuntut satu saja, yakni agar ia beriman pada apa yang dibawa Musa berupa akidah, syariat dan mukjizat. Tetapi orang Samirah itu ragu untuk mengimani Nabi Musa. Ia mencuba menahan diri sehingga mendapatkan keyakinan siapa sebenarnya Musa itu. Ia mulai hidup di tengah-tengah Bani Israel. Bahkan, ia menikahi salah seorang wanita di antara mereka, tetapi tidak dikurniai seorang anakpun, kerana ia seperti baghal yang tidak memiliki keturunan. Ia nampaknya mempunyai keturunan yang buruk dari air mani haram, ditambah air mani halal, dicampur dengan air mani syaitan. Jadi, ia seperti baghal yang terlahir dari hasil perkahwianan kuda jantan dan betina keldai betina.

Orang Samirah itu sering menyaksikan mukjizat Nabi Musa yang ditunjukkan kepada Fir’aun dan kaumnya, Bani Israel. Bahkan iapun menyaksikan peristiwa keluar Bani Israel dari Mesir secara besar-besaran dan ia ikut bersama mereka.

Sampai di sini penulis berhenti sejenak untuk memeperhatikan kesaksian Al-Qur’an yang begitu mengkagumkan sebagaimana tercantum dalam surah Toha. Hal itu penulis bentangkan di sela-selanya dengan izin Allah, tanpa didahului kurnia Allah s.w.t. kecuali Muslim.

Pertama, fikiran dan renungkan teks Al-Qur’an. Kedua, setelah anda membacanya tiga kali dengan cermat, mari kita pecahkan masaalah ini, lalu mengambil kesimpulan, seraya bermohon kepada Allah agar memberi ilham penyingkapan. (Ertinya: dalam surah Toha ayat 83-98)

“Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu hai Musa?”

Berkata Musa: “Itulah mereka sedang menyusulku, dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar Engkau redha kepadaku.”

Allah berfirman: “ Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati.”

Berkata Musa: “Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu sesuatu janji yang baik?” Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu, atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan ku?”

Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemahunan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya. Dan demikian pula Samiri telah melemparkannya.” Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Maka mereka berkata: “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahawa patung anak lembu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka, dan tidak pula memberi kemanafaatan? Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cubaan dengan anak lembu itu. Dan sesungguhnya tuhanmu ialah (Tuhan) yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perentahku.”
Mereka menjawab: “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini hingga Musa kembali kepada kami.”

Berkata Musa: “Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat sehingga kamu tidak mengikuti aku? "

Berkata Musa: “Apakah yang mendorong berbuat demikian hai Samiri?

Samiri menjawab: “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahui, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku memujuk aku”

Berkata Musa: “Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat menyatakan: “Janganlah menyentuh aku. Dan sesungguhnya bagimu hukuman di akhirat yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian sungguh-sungguh kami akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakkan). Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.”
Bersambong……

Monday, January 17, 2011

Keluar Dari Pulau

Tanpa berfikir panjang, ia mengesahkan apa yang terjadi pada dirinya. Ia pun menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada diri temannya, seekor binatang berbadan besar itu. Namun, kerana ia tidak dapat melihat bukti tentang itu, mereka pun tidak mempercayai apa yang diceritakannya. Bahkan mereka saling berbisik, seraya menyangka bahawa ia gila atau, paling tidak, disusupi jin. Dugaan mereka semakin kuat ketika menyaksikan betapa buruknya kedua matanya. Kerana itu, mereka sepakat akan menurunkan anak muda itu di daratan yang jauh dari negeri Yaman yang makmur itu. Mereka menghendaki agar anak muda itu menjauh dari mereka kerana takut menular sifat-sifat buruknya. Sejak ia menaiki perahu, ombak pun mulai mengamuk dan mempermainkan perahu mereka ke sana kemari dengan goncangan luar biasa yang tidak pernah mereka alami sebelumnya dalam hidup mereka. Laut seakan murka kepada mereka dan mempermainkannya sebagai seksaan keatas mereka yang membawa anak muda itu. Salah seorang di antara mereka berpendapat bahawa keberadaan anak muda sendirian di pulau itu menunjukkan bahawa ia adalah orang yang beruntung. Hal itu terbukti dengan keselamatannya dari bencana yang menimpa perahu yang di naikinya beserta orang-orang lainnya. Ia hidup di pulau itu selama bertahun-tahun setelah kedua matanya rusak dan fikirannya kacau. Namun, perkataannya itu malah ditertawakan. Kemudian mereka mengisyaratkan kepadanya untuk pergi menemui seorang doctor bangsa Arab yang terkenal di Yaman di suatu daerah yang terkenal dengan nama Ma’rab.

Meskipun meragukan kejujurannya, mereka tidak keberatan mengeluarkan barang miliknya berupa sepotong logam. Namun. Anak muda itu tidak memahaminya. Ia hanya berjalan-jalan dan menanyakannya kepada orang-orang Yaman.

Sejak itu, mulailah ia menyaksikan adanya kehidupan aneh dan melihat banyak manusia seperti dirinya di sekitarnya hilir mudek ke sana kemari. Mulailah ia belajar tentang pelbagai hal baru setiap hari. Ia kini mulai dapat memahami makna kehidupan dan makhluk-makhluk hidup lainnya dengan sangat cepat sekan-akan ia memiliki kecerdasan dan kemampuan seratus kali dari laki-laki lainnya. Bahkan ia mengetahui bahawa pada dirinya ada kekuatan, kekekaran dan keajaiban dalam kecepatan berfikir serta kemampuan yang besar sehingga tidak aneh jika setiap orang merasa kagum ketika menyaksikannya.

Suatu ketika pernah menjadi nelayan seorang filsuf Yaman. Ketika filsuf itu ditanya tentang siapa anak muda itu, ia menjawab bahawa anak muda itu-dan sesungguhnya bernama as-Samiri. Hal itu didasarkan pada negeri asalnya, Samirah, sebuah kota di Palestin. Menurut filsuf itu, yang telah memeriksa kecerdasan, kekuatan dan keanehan perilakunya serta kecepatan berfikirnya, jika anak muda ini Ibnu Samirah dapat hidup lama, maka ia akan menjadi raja yang adil atau mungkin juga menjadi seorang raja yang zalim. Setelah mendengar perkataan filsuf itu ia teringat kepada temannya, binatang unik yang pernah megisyaratkan hal serupa kepadanya. Namun, fikirannya berjalan mengikuti niat hatinya.

Anak muda itu, Ibnu Samirah, mulai berfikir untuk kembali ke negeri ayah dan moyangnya, yakni Palestin.tetapi sebelum ia kembali mengunjungi negerinya, ia merasakan kerinduan mendalam untuk kembali lebih dahulu ke pulau tempat hidupnya dengan mengenderai perahu besar yang dibelinya dengan harta kekayaan yang dikumpulkannya sejak beberapa tahun ketika ia mengunjungi pelbagai negeri. Ia pergi menuju pulau itu dengan mengunakan perahu besar yang disediakan oleh sekelompok pelayan. Lalu ia meminta mereka untuk berhenti. Kemudian, ia menumpang perahu kecil dan mengemudikannya sedirian sampai tiba di pantai pulau yang tujuannya. Apabila tiba di pantai, ia mendapatkan binatang yang setia menungguinya. Binatang itu memandanginya dengan kedua mata yang memancarkan sinar tajam penuh makna. Tiba-tiba binatang itu belari kencang meninggalkannya tanpa sepatah kata pun. Yang teringat pertama kali oleh anak muda itu adalah bejana yang pernah disentuh oleh rasul, utusan Allah, yakni malaikat Jibril. Lalu ia mengambil bejana itu berikut sebuah batu kecil berwarna-warni. Batu kecil itu dipotongnya dari batu besar, yang pernah ditulisi oleh Jibril, dan berisi wasiat-wasiat sebagi petunjuk dan pelita.

Lalu ia kembali ke perahunya untuk melanjutkan perjalanannya ke negeri ayah dan moyangnya di Palestin. Sesampainya di sana, ia tinggalkan perahunya di sebuah lembah. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya dengan mengenderai kenderaan darat hingga tiba di Samirah meskipun usianya hampir mencapai seratus tahun, ia tidak merasa sudah tua, tidak merasa lemah dan tidak merasa pikun. Seakan-akan masa berhenti pada masa mudanya.

Mulailah ia berusaha mengumpul benang-benang di antara apa yang pernah ia dengar dari binatang aneh yang sering mengunjunginya. Namun, tidak seorang pun menjawab selain bahawa di negeri itu telah menjadi gerhana selama lebih dari seratus tahun. Hanya, mengenai kisah anak kecil yang diculik oleh seorang malaikat itu nampaknya sangat aneh dalam pendengaran mereka.

Setelah itu, seseorang yang bermur panjang di negeri itu mengkhabarkan bahawa ia adalah penduduk al-Jalil. Iapun mendengar dari orang-orang yang berumur panjang lainnya di negeri Arbad, Palestin, bahawa seorang anak di negeri itu di ambil oleh dewa-dewa kepangkuannya. Dewa-dewa itu adalah patung-patung lembu betina.

Namun, hakim mengambil anak itu dari ayahnya, kerana ia merupakan seorang anak yang diberkati para dewa, padahal ia sendiri tidak menghendaki adanya tuhan kecuali dirinya sendiri. Tetapi anak itu mati di istana hakim ketika terjadi gerhana.

Ia beranya kepada hakim: “Apa yang kamu sembah di Samirah?”

Mereka menjawab: “Lembu betina adalah tuhan para dewa. Tidakkah engkau lihat bahawa lembu telah memenuhi rumah kami dengan kebaikkan-kebaikkan berupa susu dan daging. Bahkan, tikus-tikus yang merosak pertanian kami tidak mahu masuk ke rumah yang di dalamnya ada lembu.”

Dari situ, ia memahami bahawa apa yang dikemukakan binatang sahabatnya memang benar dari pelbagai segi. Akan tetapi, ia tidak mahu menyembah apa yang tidak boleh melihat dan mendengar. Maka, ia berketetapan menyembah dirinya sendiri saja kerana dirinya lebih pantas untuk dicintai, dihormati dan disembah daripada tuhan-tuhan yang ada disekitarnya. Merasa lebih cerdas daripada mereka dalam setiap tindakkan, kendatipun ia tidak hidup diatas bumi ini seperti mereka.

Tanpa ragu lagi, ia merasa dirinya sebagai “tuhan” atau “anak tuhan” yang jelas ialah bahawa pada dirinya terdapat ruh istimewa, yakni ruh para dewa, bukan ruh manusia biasa. Buktinya, hanya ia sendiri saja yang diajak bicara oleh binatang itu dan iapun berbicara dengannya. Ia juga menyedari bahawa semua makhluk merasa takut kepadanya. Mereka melihat pada dirinya ada kekuatan luar biasa. Binatang itu memberitahu kepadanya bahawa yang membimbingnya adalah Jibril, malaikat paling agung. Bahkan, filsuf Yaman pun menyatakan bahawa jika ia hidup. Maka ia akan menjadi raja.

Sunday, January 16, 2011

Samb. Ke-2 Rahsia Pengaruh Rasul Pada Tujuh Batu Besar

Sesungguhnya kata-kata “Tuhan” seperti dijelaskan oleh binatang itu adalah yang sentiasa ditaati oleh segala sesuatu. Ertinya, segala sesuatu tunduk kepada kehendak-Nya. Sementara itu, yang mengaku tuhan adalah yang menyerupai tuhan. Apakah jika ia mengaku tuhan lalu segala sesuatu akan tunduk dan taat kepadanya, entah sudah mengetahuinya atau belum, entah sudah mendengarnya atau belum? Atau, ada juga di antara mereka yang pernah mendegarnya tetapi belum pernah melihatnya. Tidak ada yang mengetahui kesudahannya, seperti yang dikatakan binatang besar itu. Meskipun pada mulanya ia dikutuk dan dilemparkan oleh Allah dari rahmat-Nya, mungkin juga akhirnya ia akan kembali kepada Allah.

Tetapi tuhan macam apakah yang diinginkannya itu? Bukankah kata-kata “Tuhan” apa lagi kata ”Allah” baru diketahui anak muda itu ketika diberitahu oleh binatang yang selalu mengunjunginya bahawa Dia-lah yang telah menciptakan dirinya, binatang temannya itu, dan menciptakan segala sesuatu?

Menurut binatang bertubuh besar itu, Dia-lah yang menyelamatkannya serta mengutus malaikat agung untuk mendidik dan membimbingnya?
Semua perkataan itu tidak sedikitpun berpengaruh pada dirinya, kecuali setelah ia mencuba menjadi tuhan. Lalu ia bertanya pada diri sendiri:

“Sesungguhnya, pengaruh rasul yang dituturkan binatang aneh itu hanya permainan saja. Ia memang mengetahui banyak hal, tetapi tunduk kepadaku. Oleh kerana itu, yang benar ialah bahawa aku adalah tuhannya juga. Namun, ia tidak takut kepadaku seperti binatang-binatang lain di hutan belantara itu. Kalau begitu, aku akan berusaha menyembunyikannya.”

Untuk menguji ketaatnya, ia mencuba menyalakan api. Ia berusaha mencari binatang aneh itu. Ketika sudah menemukannya, ia mengambil dahan kayu yang telah ternyala dan dikenakan ke belakang binatang tersebut. Melihat perilakunya, binatang itu lari dan menghilang bagaikan garam larut dalam air.

Ketika anak muda itu melihatnya lagi pada hari kedua, ia mencuba meyakinkan bahawa ia tidak akan menyakitinya dengan syarat mahu tunduk pada segala perentahnya. Tetapi, sekali lagi, sesuai dengan kekuasaan yang diberi Allah kepadanya, ia berkata:

“Aku hanya akan mengikuti perentah Allah dan tidak akan mentaati perentah siapa pun dan makhluk-Nya.”

Kemudian binatang itu pergi setelah memperingatkan temannya bahawa boleh jadi ia akan melalui suatu malam tanpa tidur. Setelah itu, ia akan mendapat laknat dari Allah, lalu keluar dari pulau tersebut untuk menuju bumi Allah yang lain untuk memperlihatkan kekuasaan-Nya supaya ia; pada kesempitan terakhir, dapat bertemu dengan tiga orang nabi yang mempunyai banyak keistimewaan (ulul ‘azmi). Lalu binatang itu segera melarikan diri darinya bagaikan orang menjauhi wabak penyakit yang berkangkit.

Anak muda itu pergi menuju tujuh batu besar. Ia mengira bahawa pengaruh utusanTuhan yang dikatakan binatang itu hanyalah rahsia permainan. Pada hakikatnya, menurut hematnya tidak ada yang di sebut Tuhan. Semua perkara hanya berjalan begitu sahaja. Setiap benda, menurutnya, tercipta dari alam sekitarnya, baik langit, angin, tanah, bumi, air, api, lumpur, pepohon maupun bunga-bungaan. Begitu pula halnya dengan burung nasar yang melebur ke dalam tanah setelah kematiannya. Jadi, inilah benda yang melahirkan makhluk. Mungkin rahsia yang terdapat pada tanah berwarna dan selamanya basah itu terletak pada kaedah yang tidak diketahuinya. Lalu ia mengumpulkan bahan-bahan itu dalam satu tempat yang pernah dipakai Jibril untuk menyimpan makanan untuknya. Ia pergi kedalam gua dan menyimpan sesuatu pada malam hari itu.

Tetapi ketika ia tidur sebagaimana biasanya, ia tidak dapat tidur. Ia bagaikan seekor burung lepas dari sangkarnya tanpa tahu kembali. Ia berusaha melakukan apa saja yang dapat membuatnya segera tidur. Ternyata tidak berhasil. Ia teringat pada apa yang pernah dikatakan binatang yang sering mengunjungi dan megawasinya. Ia betul-betul terpengaruh oleh perkatan binatang itu.

Kemudian tibalah pagi hari dan matahari pun terbit, sementara ia tidak pernah dapat memejamkan matanya walau sekejap pun. Ia merencanakan untuk berusaha keluar dari pulau itu dengan cara yang digambarkan oleh binatang temannya, iaitu hendaklah menyalakan api di malam hari. Mudah-mudahan dengan cara demikian ia akan diperhatikan atau, paling tidak, dilihat oleh manusia seperti dirinya sebagaiamana dikisahkan oleh binatang unik itu, yang akan membawanya ke mana saja sesuai dengan kehendak Allah. Namun, ada satu syarat yang harus dipenuhi jika ia bermaksud kembali lagi, yakni ia harus menghafal jalan kepulau itu. Akan tetapi, mana mungkin pada hari itu ia dapat mengumpulkan sedemikian banyak kayu untuk dibakar sepanjang malam? Bukankah ia telah lelah dan sangat mengantuk kerana kurang tidur? Ia cuba berfikir dan mengunakan akalnya dengan kedua mata terbuka sehingga, tanpa disedari, iapun terserang mengantuk yang hebat dan luar biasa. Tanpa terasa ia telah tertidur dengan lelap. Akalnya cuba berfikir dan mengkhayal.

Tetapi kini ia bangun di malam gelap gelita tanpa penerangan. Ia sedar bahawa malam telah datang. Sementara itu, ia tertidur lelap lalu tanpa berfikir banyak, ia bangun dan dengan susah payah mencuba mengumpulkan kayu bakar untuk menyalakan api. Kemudian ia menambah lagi lagi dengan mengumpulkan dahan, ranting dan daun pepohon kering berjatuhan. Ia pergi kepinggir pantai pulau itu sambil menyalakan api dan terus menerus menyalakannya sepanjang malam. Ia melakukan hal itu selama tiga malam. Pada malam ketiga, ia melihat seakan-akan ada benda besar mendekati pulau itu. Nampaknya, benda itu sedang berhenti. Pada benda tersebut terdapat cahaya bersinar. Beberapa saat kemudian, ia melihat semacam benda kayu kecil yang berlabuh di pinggir pantai. Lalu keluarlah daripadanya lima orang lelaki berbadan besar dan kuat. Ia berdiri dengan penuh kebingungan di hadapan mereka. Inilah kali pertama ia melihat makhluk-makhluk seperti itu. Ia merasa senang ketika tiba-tiba mereka mengajak berbicara dengan bahasa Arab seperti bahasanya sendiri. Mereka adalah penduduk Yaman yang makmur itu. Negeri Yaman sendiri berjarak lebih kurang empat ribu kilometer dari pulau itu. Sungguh anak muda itu merasa senang.

Haiwan Makhluk Allah..

Makhluk Allah ini ada yang panggil Sugar Glider, ada yang kata Tupai Pulut, entah yang mana satu, nekwan sendiri tak tahu. Yang jelas! sifat dea macam tikus, boleh juga dikatakan macam tupai, tapi dea boleh terbang dan melekap di dinding, berjalan macam cicak, jari di kaki dan tangan dea macam monyet.

Nekwan panggil dea MATTA.. dea respond dan cepat mesra, cuma nekwan takut siket... bila malam dea naik ke katil... merayap ke kaki nekwan bila nekwan tidur lena, nekwan geli lalu nekwan tepis dea , terpelanting terus.. dan dea menangissss.... sakit agaknya... tapi nekwan tak sengaja, kesian deaaaa... lepas beberape minet, dea keluar dari bilik merangkak macam cicak! eiii.. nekwan melompat atas kerusi... he he he.
Nekwan suka dea, sebab dea boleh respond bila nekwan cakap dengan dea, mata dan telinga nya bergerak, macam kucing. Matta masih baby lagi sebab telalu kecil dea sebesar tapak tangan je, tapi sayang... Matta dah merajuk lari tinggalkan nekwan.

Saturday, January 15, 2011

Rahsia Pengaruh Rasul Pada Tujuh Batu Besar

Anak itu tinggal di pulau terpencil yang tersebut dan tidak meninggalkannya. Pada suatu saat ia berasa terilham untuk menuju ke gua besar yang terletak di sebuah gunung besar yang berwarna kelabu. Gua itu merupakan bekas gempa bumi dahsyat pada masa yang telah lama berlalu. Ia cuba memperbaiki gua itu. Bahkan mengubahnya menjadi sebuah rumah yang bagus lengkap dengan barang dan perkakasnya. Iapun mencuba mengenali lingkungannya secara meluas. Ia mulai menjelajah pulau itu.

Ia berusaha mengenali lingkungan itu dan menyingkap misteri yang tersembunyi didalamnya, serta menikmati pelbagai kebaikan dan keindahan di pulau itu sendirian. Ia seakan-akan seorang raja tanpa rakyat.
‘Banyak raja yang berkuasa dan diangkat jadi raja (disengaja atau tidak), tetapi tidak dapat menentukan hukum, bahkkan ia sendiri yang jesteru dihukumi.

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, ia tumbuh semakin besar hingga mencapai umur dua puluh tahun. Tetapi ia belum pernah sehari pun menunaikan ibadahnya, berupa solat yang difardukan keatas dirinya, daripada Allah s.w.t. Sementara itu binatang besar tersebut seperti biasa, selalu mengunjunginya berdiam di sekitarnya seperti seorang manusia yang memelihara dan melindunginya. Ia memberi isyarat dengan gerakkan yang jelas, kepadanya seolah-olah mengingatkannya kepada sesuatu hal penting yang dilupakannya. Tetapi dia nampaknya bersikap sombong dan meremehkan isyarat dari binatang unik itu. Lalu ia berpaling darinya.

Pada suatu hari ia menengadahkan wajahnya ke langit seraya berkata:

“Siapakah yang mengetahui bahasa perkataanmu (wahai binatang) adalah benar. Sungguh, aku hanya sendirian. Aku pun tidak pernah melihat Jibril yang diutuskan (Allah). Aku juga tidak pernah menyaksikan gempa bumi atau kehancuran. Bahkan, akupun tidak melihat Allah. Aku tidak mengetahui bahawa tulisan pada pelbagai longgokan batu itu berasal darimu, wahai Jibril, sehingga aku tidak menghukumi sebagaimana aku menghukumi dan menguasai pulau ini. Boleh jadi, itu hanyalah tulisan dan lukisan ikan-ikan yang sekonyong-konyong melalui batu-batu di lautan, lalu batu-batu itu dibawa ombak ke tepi pantai. Atau, mungkin hal itu berasal dari karya yang lain!”

Tiba-tiba binatang berbadan besar itu menjerit dengan kuat sekali sampai mengetarkan sudut-sudut pulau. Ia lalu lari dengan kencang menuju deretan pepohon yang saling berpautan itu. Melihat sikap binatang tersebut, anak muda itu berteriak kepadanya:

“ Aku tidak tahu… aku tidak tahu yang lain selainku. Sesungguhnya segala sesuatu disekitarku tunduk padaku. Semua benda di sekitarku ini mengakui bahawa aku ini tuhan, penguasa, pulau sebenarnya berada di bawah kekuasaanku.”

Maka binatang itu pun lenyap dari pandangan matanya dan tidak pernah nampak lagi kecuali pada hari berikutnya. Ia datang lagi ke hadapan anak muda itu dan mengajaknya berbicara dengan bahasa Arab yang hari berikutnya:

“Sesungguhnya Jibril menyuruhku untuk menemuimu dan berbicara denganmu, bahawa engkau dihadapkan pada masaalah sangat serius dan penting. Meski pun demikian, engkau mempunyai hak penuh untuk menentukan pilihan. Yakinlah bahawa hal ini datang dari Jibril yang menggoreskan tangannya pada kertas ini. Letakkanlah tanganmu pada apa saja, maka engkau akan menemukan suatu tanda bagi kepentinganmu. Lalu sembahlah Allah, Tuhanmu Yang Maha Penyayang di antara para penyayang. Jika engkau tidak melakukannya, maka hal itu menjadi peringatan bagimu yang menegaskan kelak, engkau akan menjadi makhluk yang di lemparkan (dari rahmat Allah s.w.t.). Lalu ia mengambil sedikit tinta mirip tanah berwarna dan bercampur air, padahal sesungguhnya tidak. Ia cuba memahami bentuk tinta itu, kemudian melemparkannya kepada burung sejak beberapa hari telah menjadi bangkai. Burung itu mirip burung nasar yang bertubuh besar. Tiba-tiba burung itu, dengan kekuasaan Allah, tentunya hidup kembali, bergerak dan berkicau seperti burung nasar. Ia terbang tinggi ke angkasa. Itulah satu tanda kekuasaan Allah, Tuhan Pengurus dan Pengatur semesta alam. Yang Maha Bijaksana, Yang tidak menghitung dan menuntut atau menyiksa seseorang kecuali setelah membertahu segala urusan-Nya melalui perantaraan. Namun, tidak lama kemudian, burung itu kembali lagi ketempatnya dan mati lagi seperti sediakala.

Ia bertanya kepada binatang yang menemaninya itu:

“Apa hakikat yang terjadi itu?”

Binatang itu menjawab:

” Tinta ini mengandung kemampuan, ruh, dan kekuatan Jibril. Dan Jibril adalah rahul-kudus. Ia mempunyai kekuatan untuk hidup, di samping memiliki cahaya untuk menghidupkan bangkai dengan kekuasaan dan izin Allah. Dialah Allah, yang menghidupkan mayat-mayat bagi (kepentingan) seorang Nabi yang akan datang dari kaummu. Berkat do’a nabi, mayat itu hidup kembali. Mayat yang hidup itu akan menjawab pertanyaan orang-orang. Kemudian, ia akan mati seperti semula. Ketahuilah bahawa Allah telah memuliakanmu dengan kemuliaan dari-Nya dan engkau tidak memepunyai tanda kelebihan selain tiu. Jagalah keselamatanmu, kerana jika engkau melakukan hal itu, tidak akan ada lagi yang mencelamu.”

Selanjutnya binatang itu berkata:

“Itu merupakan kesempatan baik bagimu untuk menjadi orang baik. Sebaiknya engkau jangan menyia-nyiakannya, sebab hari esok penuh dengan perlbagai hal yang mengerikan.”

Lalu, binatang itu kembali membisu dan tidak berbicara seperti manusia. Sementara itu, ia pun pergi berlalu seakan-akan tidak mendengar apa-apa. Jelaslah bahawa ia membolak-balikkan masaalah menurut kemahuannya sendiri kerana ia punya cita-cita untuk menjadi seorang yang dipertuhankan. Lalu baginya, apakah makna seorang yang baik meskipun menjadi seorang raja? Sesungguhnya yang disebut tuhan adalah penentu hukum dan penguasa yang boleh melakukan apa saja yang dikehendakinya. Tuhan pun dapat menguasai segala sesuatu mengapa harus meninggalkan kesempatan untuk menjadi tuhan?.
Bersambung….

Friday, January 14, 2011

Samb. Ke-3 Ketika Menuskrip Berbicara...

Haiwan besar yang ada bersamanya itu mulai menerangkan makna dari tulisan itu, dan bahawa ia diberi kebebasan untuk memilih apakah di masa mendatang ia menjadi orang baik-baik atau menjadi orang jahat. Jika ia menjadi orang baik, maka ia akan menjadi seorang laki-laki biasa dan raja yang beruntung. Tetapi jika ia memilih menjadi orang jahat, maka ia akan menjadi seorang yang mengakui; aku sebagai tuhan yang berkuasa dengan kerajaan atau kekuasaan sewenang-wenangnya atas alam jin kafir dan syaitan, dan mereka adalah makhluk ciptaan Allah. Ia akan menjadi raja yang menguasai alam manusia, sedang engkau termasuk salah satu di antara mereka. Ia akan memerentah, tetapi hanya menjadi raja dalam waktu yang singkat saja. Ehwal kesudahannya hanya Allah saja yang tahu. Sebab, segala sesuatu ditentukan oleh Allah akhirnya. Dan tidak ada yang mengetahui kesudahan segala sesuatu kecuali Allah s.w.t.

Selanjutnya anak itu bertanya pada binatang besar itu:

“Kalau begitu siapakah engkau sebenarnya? Tujuan apakah yang mendorongmu datang kesini? Dan siapakah yang mengajarmu boleh berbicara dan menjelaskan sehingga engkau layaknya seperti manusia?”

Ia menjawab:

“Aku memang seekor binatang yang diciptakan dan diperentahkan untuk berbuat demikian dan hendak berada disini bersamamu. Jibril, malaikat terpercaya itu, akan membawamu dari hutan di penghujung dunia nanti. Hanya engkau sahaja satu-satunya orang yang hidup dari suatu keturunan subur yang telah hancur. Aku juga bertugas menjaga dan memeliharamu ketika Jibril tidak ada. Aku diperentahkan untuk tinggal disini, di pulau ini, bersamamu sehingga engkau menentukan pilihan hidupmu. Ajalku di sini bersama dengan keluarnya engkau menuju pilihanmu.“

Binatang itu memberitahunya bahawa ia diperentahkan untuk berbicara dengannya. Kemudian setelah itu ia diam membisu dan hanya mengeluarkan suara binatang sebagaimana lazimnya.
Ia tidak akan berbicara untuk kedua kalinya kecuali jika masa keluarnya anak ajaib dari pulau tersebut di akhir zaman telah hampir. Adapun pada masa-masa di antara itu, maka itu termasuk keadaan-keadaan yang hanya diketahui Allah.

‘Mungkin saja ketika itu aku berbicara denganmu. Jadi, sesuatu yang ghaib tidak dapat diketahui oleh semua makhluk. Ketahuilah bahawa apa yang dikatakan sekarang ini adalah wasiat-wasiat dari malaikat Jibril yang terpercaya itu.’

Di sini, mulailah lidah binatang itu terdiam dan kembali seperti sediakala. Ia bernama Jassasah (yang terus memata-matai). Kerana ia mencari berita dan memberitahukannya kepada anak itu. Hal ini dilakukan demi kepentingan anak itu. Ia bukan saja sebagai Jassah (tukang mencari berita dan memberitahukan), melainkan juga Jassasah (yang selalu mencari berita dan memberitahukannya). Hal ini sesuai dengan tugas binatang itu untuk mendapatkan dan memberitahukan pelbagai hal dan berita kepadanya, bukan sekadar sesuatu berita.

Semua berita yang dibawanya sangat menakjubkan dan mengkagumkan serta mempunyai peranan yang sangat penting, disamping terujud atau tercipta dalam bahasa yang ganjil. Maha Suci Tuhan yang jika berkehendak; melaksanakan kehendak-Nya. Jika Dia mempunyai kemahuan, maka tidak ada sesuatu dapat menolaknya. Jika Dia menentukan hukum, maka tiada sesuatupun dapat menentang-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Luhur dari apa yang mereka sekutukan.

Semua yang penulis kemukakan dibawah judul “Ketika manuskrip berbicara” adalah ringkasan dari apa yang tertulis pada perlbagai manuskrip peninggalan orang-orang terdahulu yang penulis dapatkan di dalam bangunan bawah tanah milik para petani Palestin.

Manuskrip-manuskrip ini tertulis dengan huruf Aram lama yang berusia sekitar empat abad sebelum diutusnya Nabi Musa. Nampaknya, ini adalah apa yang pernah didiktekan oleh Nabi Ibrahim di lembah Quds (Palestin) yang sebahgian besarnya merupakan bahgian dari apa yang diwahyukan Allah, Tuhan semesta alam kepada Nabi Ibrahin dan Nabi Musa berkenaan dengan kehidupan akhirat dan dunia. Hanya Allah yang lebih mengetahui. Disamping itu manuskrip tersebut menceritakan fitnah yang sangat besar. Sementara itu yang menulis manuskrip-manuskrip pada daun atau seperti lembaran papirus yang dibuat sebagai kertas itu adalah seorang yang dikenal dengan nama Azad bin Harim bin Shafur. Ia sendiri pernah bertemu dengan Nabi Ibrahim, bahkan menanyakan kepadanya ehwal seorang lelaki yang disebut Dajjal yang sangat merbahaya itu. Semua Nabi di perentahkan Allah untuk memperingatkan kaumnya dari bahaya Dajjal. Menurut pengakuannya, ia adalah orang yang paling banyak bertanya mengenai hal itu kepada Nabi Ibrahim dan paling banyak bergaul dengan beliau ketika berada di negerinya.

Manuskrip-manuskrip itu diwariskan secara turun-temurun oleh anak cucunya. Mereka pun memperbaharui tulisannya dengan bahasa Aram hingga masa kenabian Nabi Isa al-masih. Kemudian manuskrip-manuskrip itu disembunyikan oleh cicit-cicit dari cucu Azad. Ketika mereka bertanya kepada Nabi Isa al-masih mengenai apa yang diberitakan Nabi Ibrahim, beliau pun menguatkannya.

Allah s.w.t. juga mewahyukan kepada Nabi Isa untuk memperingatkan kaumnya dari bahaya Dajjal yang mengaku sebagai tuhan dan minta disembah itu. Dengan kehendak Allah s.w.t. ada petani Palestin yang menemukan manuskrip-manuskrip dan surat-surat itu. Kemudian barang-barang berharga itu diserahkan kepada orang alim yang soleh di Quds (Palestin). Ia memberitahu kepada penulis kandungan manuskrip- manuskrip itu setelah dibuka mantera-mentera dan ungkapan-ungkapan. Sebab, ia memang ahli dalam bidang ukiran atau tulisan Aram dahulu, dan juga ahli dalam pelbagai bahasa yang sudah tidak digunakan lagi. Ia selalu menjaga manuskrip-manuskrip itu di dalam bangunan bawah tanah rumahnya yang sudah tua di Quds.

Nama samarannya adalah Abu Basil ’izzuddin Nur. Nama dan gelaran yang sesungguhnya hanya diketahui oleh Allah s.w.t. Yang Maha Mengetahui.

Penulis sendiri membenarkan apa yang disebutnya itu. Nabi Nuh, yang sangat jauh dari masa kenabian Nabi Ibrahim , juga pernah memperingatkan kaumnya dari bahaya Dajjal. Jadi, tidak ada alasan untuk meragukan atau menganggap aneh perkataan Nabi Ibrahim yang diterimanya dari Nabi Nuh.

Di dalam “Sahih Bukhari” disebutkan: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdan, dan telah menceritakan kepada kami Ambullah, dari Yunus, az-Zuhri dari Salim, bahawa Ibnu Umar r.a. berkata:

“Rasulullah s.a.w. berdiri di hadapan orang ramai, lalu memuji dan menyanjung Allah sebagaimana biasanya. Kemudian beliau menyebut-nyebut Dajjal, ‘Sungguh aku memperingatkan kamu semua agar berhati-hati terhadap Dajjal. Setiap nabi pasti memperingatkan kaumnya tentang Dajjal. Nabi Nuh telah memperingatkan kaumnya. Akan tetapi, akan ku beritahukan kepada kamu semua tentang Dajjal, yang belum pernah diberitahu oleh seorang nabi pun kepada kaumnya kamu semua harus tahu bahawa Dajjal buta sebelah matanya.”

Thursday, January 13, 2011

Sambongan Ketika Manuskrip berbicara...

(CATITAN: Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Ketahuilah bahawa di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Tetapi apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh itu.” (H.R. Imam Bukhari dan Imam Muslim ). Makna hadis ini adalah bahawa hati adalah tempat niat. Sementara itu, yang menguasai hati dan niat hanyalah pemiliknya. Ia adalah raja, sedangkan niat adalah rakyat yang melaksanakan keinginannya.)

(CATITAT: Ar-rain (Hijab hati) adalah semacam seksaan Tuhan pada hati anak Adam jika ia berpaling dari Tuhan yang telah menciptakan dirinya. Ia adalah hijab hati yang menghalangi manusia dari Tuahannya di dunia ini. Sesudah itu, masih ada lagi hijab yang lebih besar, yakni hijab di hari Kiamat. Hal ini diisyaratkan dalam fiman Allah s.w.t. “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari melihat Tuhannya.” (Al-Mutafifin: 14-15). Ar-rayn adalah seksaan dengan tabir yang paling pedeh dan berat. Imam Ibn al-Qayyim, dengan penjelasan sangat bagus tentang mereka yang mempunyai sifat rain, mengata: “Dosa-dosa mereka telah menghalangi mereka dalam menempuh jarak perjalanan antara diri mereka dengan hati mereka. Jika tidak ada tabir itu, mereka akan sampai pada hatinya sehingga menemukan apa yang boleh memperbaiki dan menyucikannya, serta menemukan apa yang dapat merusakkan dan menyengsarakannya. Mereka akan dapat menempuh jarak perjalanan antara hati mereka dengan Tuhannya, sehingga hati mereka akan sampai kepada-Nya dan merasakan keberuntungan disebabkan dekat dengan-Nya dan mendapat kurnia-Nya. Jiwanya menjadi senang. Bagaimanapun, dosa itu akan menjadi tabir bagai mereka yang menghalangi hubungan yang harmoni dengan hati mereka, selain menjadi tembok penghalang di antara mereka dengan Tuhannya yang mencipta mereka dengan segala anggota badan dan alat-alat perlengkapan tubuhnya.

Hatimu menjadi hitam terkena sedikit warna putih dan condong kepada keburukan bagaikan cerek yang penuh dengan lumpur di atas cermin yang terang.

(CATITAN: Hudzaifah bin al-Yaman berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: (maksudnya), “Fitnah (Dosa) Itu akan diperlihatkan pada hati seperti tikar menimbulkan bekas kepada orang yang menidurinya. Hati manapun yang mendapatkannya akan tercoreng dengan titik noda hitam. Hati siapapun yang mengingkarinya akan tertulis padanya titik putih, sehingga hati itu kembali kepada salah satu dari dua macam hati, yakni:Pertama: hati hitam bercampur dengan sedikit putih bagaikan cangkir piring yang tidak mengenal kebaikan dan tidak menginggkari keburukan, kecuali hanya menyerap hawa nafsunya. Kedua: hati putih yang tidak akan pernah terganggu oleh fitnah apapun selama masih tegak langit dan bumi.”

Makna hadis itu ialah bahawa jika fitnah diterima oleh manusia, maka akan ada bekas yang melekat pada hatinya berupa titik yang hitam sebagaimana serpihan tikar melekat pada kulit orang yang tidur di atasnya, tetapi nampaknya yang paling jelas adalah, jika fitnah atau dosa itu dilakukan oleh seorang, maka ia akan masuk ke dalam hati dan memenuhinya. Hal itu tidak ubahnya bagaikan cerek yang di penuhi lumpur.

Menurut al-Qadhi (Abu Bakaral- Baqillani), “Dalam ungkapan tersebut, hati yang tidak menerima kebaikan dan hikmah bagaikan cerek yang miring, bahkan terbalik, sehingga tidak dapat dituangi air.”

Pengarang l-Tahrir berkata: “Makna hadis itu adalah bahawa jika seseorang mengikuti hawa nafsu dan berani melakukan banyak dosa atau kemaksiatan, maka hatinya akan dipenuhi kegelapan. Jika hal itu benar-benar terjadi, maka ia terkena fitnah dan hilanglah cahaya Islam darinya. Hati itu bagaikan alkuz (cawan), jika terbalik, maka segala isinya akan tertumpah dan tidak ada air yang tersisa.” Lihat Syarh Sahih Muslim karya Imam an-Nabawi.

Dalam ‘ Ighathat al-Lahfan’ karya Ibn al-Qayyim terdapat satu penjelasan kepada fitnah. Ia mengtakan, “Ketika dihadapkan kepada fitnah, hati terbahagi kedalam dua bahagian. Pertama, jika hati dihadapkan kepada fitnah, maka ia menerimanya seperti batu karang yang menyerap air. Tidak pasti lagi, hati semacam itu akan ternoda oleh titik hitam. Hati tersebut akan terus menerus menerima fitnah (Dosa) sehingga menjadi hitam legam dan terbalik. Inilah yang dikandung dalam ungkapan ‘ka al-kuz mujakhiyan (bagaikan cangkir terbalik).”jika telah menghitam dan terbalik, hati itu akan terkena salah satu dari dua bencana yang membawanya kepada kehancuran. Salah satunya ialah samarnya kebaikan dan kemungkaran baginya. Ertinya, ia tidak dapat mengenali mana yang baik dan mana yang buruk. Ia tidak mengakui kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran. Boleh jadi penyakit semacam itu akan semakin kukoh dan kuat, sehingga ia meyakini bahawa yang baik adalah kemungkaran dan kemungkaran adalah kebaikkan. Demikian pula ia meyakini yang sunnah adalah bid’ah dan bid’ah adalah sunnah, yang benar adalah batil dan begitulah sebaliknya. Adapun bencana yang kedua adalah bahawa ia akan menjadikan hawa nafsunya sebagai hakim penentu bagi apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. Sifat hati yang kedua ialah hati yang putih jernih. Ia pasti tersinar oleh cahaya keimanan dan kilauannya. Jika ia dihadapkan kepada suatu fitnah, maka ia akan menolak dan mengingkarinya. Maka sinar cahayanya semakin kuat dan kukuh. Lihat kitab ‘Ighatha al-Lahfan min Masayaidasy-Syaitan’ halaman 11-12.

Akibatnya, hatimu tidak dapat melihat cahaya, dan akalmu hanya melihat dirimu sendiri sahaja seperti Iblis, semoga laknat Allah ditimpa keatasnya, yang mendiami Segitiga Bermuda yang lama itu dan engkaupun menjadi teman akrabnya. Betapa buruk seseorang yang ditemani makhluk terkutuk dan dijauhkan dari rahmat Allah s.w.t. yang dibiarkan saja sampai suatu masa di suatu negeri, yakni di suatu lautan yang penuh hembusan angin kelak ketika Allah s.w.t. tidak lagi menyayangi orang-orang yang terusir dari rahmat-Nya. Jadilah engkau wahai anak istemewa yang diurus dan dibimbing oleh malaikat agung sebagai mukmin yang mempercayai keujudtan Allah dan malaikat-Nya, serta rasul-Nya. Jika tidak, engkau berada dalam bahaya dan dimasukkan kedalam penjara seribu tahun lamanya.

Yang memperingatkanmu dan yang mengembirakanmu didalam penjara adalah seorang Arab Makkah yang mendustakan Nabi yang jujur itu. Tempat hijrahnya adalah tanah-tanah subur yang banyak ditumbuhi pepohonan dan juga pohon kurma. Engkau akan berjasa pada hari ketika tiba musimnya memetik kurma dinegeri tempat di-isra’kan dan di mi’rajnya Nabi dari bangsa Arab itu.

Ada banyak air melimpah dan mengalir dan menyerap kedalam tanah didataran tinggi dan ditanah Tabariyyah. Haram atas dirimu memasuki kota Makkah, yang dimuliakan Allah Tuhan semesta alam pada siang harinya. Engkau tidak boleh tanah manapun yang subur kecuali tanah Uhud. Uhud adalah gunung yang mencintai Allah dan Allah pun mencintainya. Engkau tidak boleh memasuki negeri Quds tempat isra’ dam mi;raj Nabi yang paling akhir. Ini adalah ilmu Allah untukmu yang ditulis Jibril, pembawa wahyu (amin al-wahi) dan ia meninggalkan bekas untukmu, disamping batu besar, berupa cincin dari Jibril utusan Allah Tuhan semesta alam”.
Anak itu kemudian melihat sisi batu besar ketujuh yang paling besar di antara batu-batu besar lainnya yang menjadi batu tulis.

Di situ, ia menemukan sepotong batu yang indah warnanya. Ada juga tanah berwarna seperti tinta yang digunakan Jibril untuk menulis. Pada potongan batu itu terdapat peringatan Allah s.w.t., yang berbunyi “waman kunna mu’azzibina hatta nab’atha rusulan”
“Dan tidaklah Kami menyeksa sehingga Kami mengutus seorang rasul” (Al-Isra’:15)

Ini adalah sebuah tanda dan isyarat bahawa tanah tersebut bukan berasal dari pulau itu. Bahkan, nampaknya, tanah itu bukan dari belahan bumi manapun. Hanya Allah saja yang lebih mengetahui yang paling benar. Tinta antik itu menyisakan kira-kira lima mud di telapak tangan anak itu. Meskipun begitu, ukurannya tidak sebanding dengan tiga telapak tangan laki-laki biasa di antara kita.

Bersambong…