Tuesday, January 18, 2011

Dajjal Di Negeri Fi’aun Dan Pertemuan Menakutkan Dengan Nabi Musa

Setelah beberapa tahun tinggal di Samirah, ia pergi melancong ke pelbagai negeri besar yang penuh dengan keajaiban yang pernah didengarinya, dan juga tentang alam-alam yang aneh. Ia pergi ke Mesir tempat distinasi Fir’aun berkuasa.

Mulailah ia mendekati seorang dukun terkenal di mesir. Dengan kepandaianya berbicara, ia menyatakan keinginannya untuk menjadi pelayan setianya dan anak yang taat asalkan ia di ajari hikmah dan ilmu. Disamping itu, ia meminta untuk didekatkan kepada Fir’aun yang sedang berkuasa. kebetulan, dukun itu diberi umur panjang sekali, yakni tiga ratus tahun. Mulailah dukun itu memereksa watak dan keistimewaan anak muda ini. ia mengingatkan dirinya agar melupakan keinginan bertemu Fir’aun, kerana ia adalah seorang raja yang resialis dan tidak menyukai orang-orang asing. Sebagai contoh, ia memberitahu kepadanya mengenai Fir’aun kepada orang-orang Yahudi dan anak-anaknya. Di antara sifat-sifatnya yang kejam adalah membunuh kaum lelaki, membiarkan hidup kaun wanita dan juga membunuh bayi laki-laki. Ia bersikap sombong di muka bumi bahkan mengaku sebagai tuhan dan tidak mempunyai teman yang mengurusnya. Ia juga memberitahu kepadanya ehwal apa yang diperlakukan Fir’aun atas anak asuhnya yang bernama Musyiyah, yang didapatnya dari sungai Nil.

Kemudian, filsuf itu juga mengisahkan tentang Nabi Musa dengan penuh kejujuran. Ketika ia merasa kagum dengan berita mengenai Nabi Musa dan pemergiannya setelah membunuh seseorang dari Mesir, iapun mengisahkan kepada sang filsuf ehwal dirinya dengan penuh kejujuran pula. Lalu filsuf itu berkata:

”Kalau begitu, engkau adalah Musyiyah yang lain, tetapi dari Samirah, bukan dari Mesir.”

Orang yang cacat kedua matanya ini betul-betul merasa kagum dengan kisah Nabi Musa. Ia lebih kagum lagi kepada filsuf yang menamai dirinya sebagai Musa Samiri kerana perbezaan nasabnya dengan Musa dari Mesir. Jadi, kalau begitu, jelaslah persamaan antara anak Samirah yang diambil dari istana hakim, kemudian dibawa ke pulau hijau, dengan anak Mesir yang diambil dari sungai Nil dan dibawa keistana penguasa.

Musa Samiri mulai tertarik untuk meneliti Musa. Kerap kali ia mendengar bahawa Nabi Musa dan saudaranya, Nabi Harun, berada dikota itu. Keduanya sedang mencari kesempatan untuk bertemu dengan Fir’aun. Di sini, mulailah orang Samirah itu bertemu dengan Nabi Musa. Ia tidak mengisahkan apa-apa kepadanya selain bersamaan dari keturunan Ishaq bin Yaqub. Bapanya adalah seorang raja yang menguasai Samirah sebagaimana dikisahkan oleh datuk-datuknya. Tetapi, Nabi Musa tidak mempertahankan orang itu.

Beliau hanya menuntut satu saja, yakni agar ia beriman pada apa yang dibawa Musa berupa akidah, syariat dan mukjizat. Tetapi orang Samirah itu ragu untuk mengimani Nabi Musa. Ia mencuba menahan diri sehingga mendapatkan keyakinan siapa sebenarnya Musa itu. Ia mulai hidup di tengah-tengah Bani Israel. Bahkan, ia menikahi salah seorang wanita di antara mereka, tetapi tidak dikurniai seorang anakpun, kerana ia seperti baghal yang tidak memiliki keturunan. Ia nampaknya mempunyai keturunan yang buruk dari air mani haram, ditambah air mani halal, dicampur dengan air mani syaitan. Jadi, ia seperti baghal yang terlahir dari hasil perkahwianan kuda jantan dan betina keldai betina.

Orang Samirah itu sering menyaksikan mukjizat Nabi Musa yang ditunjukkan kepada Fir’aun dan kaumnya, Bani Israel. Bahkan iapun menyaksikan peristiwa keluar Bani Israel dari Mesir secara besar-besaran dan ia ikut bersama mereka.

Sampai di sini penulis berhenti sejenak untuk memeperhatikan kesaksian Al-Qur’an yang begitu mengkagumkan sebagaimana tercantum dalam surah Toha. Hal itu penulis bentangkan di sela-selanya dengan izin Allah, tanpa didahului kurnia Allah s.w.t. kecuali Muslim.

Pertama, fikiran dan renungkan teks Al-Qur’an. Kedua, setelah anda membacanya tiga kali dengan cermat, mari kita pecahkan masaalah ini, lalu mengambil kesimpulan, seraya bermohon kepada Allah agar memberi ilham penyingkapan. (Ertinya: dalam surah Toha ayat 83-98)

“Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu hai Musa?”

Berkata Musa: “Itulah mereka sedang menyusulku, dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar Engkau redha kepadaku.”

Allah berfirman: “ Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati.”

Berkata Musa: “Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu sesuatu janji yang baik?” Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu, atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan ku?”

Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemahunan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya. Dan demikian pula Samiri telah melemparkannya.” Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Maka mereka berkata: “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahawa patung anak lembu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka, dan tidak pula memberi kemanafaatan? Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cubaan dengan anak lembu itu. Dan sesungguhnya tuhanmu ialah (Tuhan) yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perentahku.”
Mereka menjawab: “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini hingga Musa kembali kepada kami.”

Berkata Musa: “Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat sehingga kamu tidak mengikuti aku? "

Berkata Musa: “Apakah yang mendorong berbuat demikian hai Samiri?

Samiri menjawab: “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahui, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku memujuk aku”

Berkata Musa: “Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat menyatakan: “Janganlah menyentuh aku. Dan sesungguhnya bagimu hukuman di akhirat yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian sungguh-sungguh kami akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakkan). Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.”
Bersambong……

No comments:

Post a Comment