Thursday, January 13, 2011

Sambongan Ketika Manuskrip berbicara...

(CATITAN: Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Ketahuilah bahawa di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Tetapi apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh itu.” (H.R. Imam Bukhari dan Imam Muslim ). Makna hadis ini adalah bahawa hati adalah tempat niat. Sementara itu, yang menguasai hati dan niat hanyalah pemiliknya. Ia adalah raja, sedangkan niat adalah rakyat yang melaksanakan keinginannya.)

(CATITAT: Ar-rain (Hijab hati) adalah semacam seksaan Tuhan pada hati anak Adam jika ia berpaling dari Tuhan yang telah menciptakan dirinya. Ia adalah hijab hati yang menghalangi manusia dari Tuahannya di dunia ini. Sesudah itu, masih ada lagi hijab yang lebih besar, yakni hijab di hari Kiamat. Hal ini diisyaratkan dalam fiman Allah s.w.t. “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari melihat Tuhannya.” (Al-Mutafifin: 14-15). Ar-rayn adalah seksaan dengan tabir yang paling pedeh dan berat. Imam Ibn al-Qayyim, dengan penjelasan sangat bagus tentang mereka yang mempunyai sifat rain, mengata: “Dosa-dosa mereka telah menghalangi mereka dalam menempuh jarak perjalanan antara diri mereka dengan hati mereka. Jika tidak ada tabir itu, mereka akan sampai pada hatinya sehingga menemukan apa yang boleh memperbaiki dan menyucikannya, serta menemukan apa yang dapat merusakkan dan menyengsarakannya. Mereka akan dapat menempuh jarak perjalanan antara hati mereka dengan Tuhannya, sehingga hati mereka akan sampai kepada-Nya dan merasakan keberuntungan disebabkan dekat dengan-Nya dan mendapat kurnia-Nya. Jiwanya menjadi senang. Bagaimanapun, dosa itu akan menjadi tabir bagai mereka yang menghalangi hubungan yang harmoni dengan hati mereka, selain menjadi tembok penghalang di antara mereka dengan Tuhannya yang mencipta mereka dengan segala anggota badan dan alat-alat perlengkapan tubuhnya.

Hatimu menjadi hitam terkena sedikit warna putih dan condong kepada keburukan bagaikan cerek yang penuh dengan lumpur di atas cermin yang terang.

(CATITAN: Hudzaifah bin al-Yaman berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: (maksudnya), “Fitnah (Dosa) Itu akan diperlihatkan pada hati seperti tikar menimbulkan bekas kepada orang yang menidurinya. Hati manapun yang mendapatkannya akan tercoreng dengan titik noda hitam. Hati siapapun yang mengingkarinya akan tertulis padanya titik putih, sehingga hati itu kembali kepada salah satu dari dua macam hati, yakni:Pertama: hati hitam bercampur dengan sedikit putih bagaikan cangkir piring yang tidak mengenal kebaikan dan tidak menginggkari keburukan, kecuali hanya menyerap hawa nafsunya. Kedua: hati putih yang tidak akan pernah terganggu oleh fitnah apapun selama masih tegak langit dan bumi.”

Makna hadis itu ialah bahawa jika fitnah diterima oleh manusia, maka akan ada bekas yang melekat pada hatinya berupa titik yang hitam sebagaimana serpihan tikar melekat pada kulit orang yang tidur di atasnya, tetapi nampaknya yang paling jelas adalah, jika fitnah atau dosa itu dilakukan oleh seorang, maka ia akan masuk ke dalam hati dan memenuhinya. Hal itu tidak ubahnya bagaikan cerek yang di penuhi lumpur.

Menurut al-Qadhi (Abu Bakaral- Baqillani), “Dalam ungkapan tersebut, hati yang tidak menerima kebaikan dan hikmah bagaikan cerek yang miring, bahkan terbalik, sehingga tidak dapat dituangi air.”

Pengarang l-Tahrir berkata: “Makna hadis itu adalah bahawa jika seseorang mengikuti hawa nafsu dan berani melakukan banyak dosa atau kemaksiatan, maka hatinya akan dipenuhi kegelapan. Jika hal itu benar-benar terjadi, maka ia terkena fitnah dan hilanglah cahaya Islam darinya. Hati itu bagaikan alkuz (cawan), jika terbalik, maka segala isinya akan tertumpah dan tidak ada air yang tersisa.” Lihat Syarh Sahih Muslim karya Imam an-Nabawi.

Dalam ‘ Ighathat al-Lahfan’ karya Ibn al-Qayyim terdapat satu penjelasan kepada fitnah. Ia mengtakan, “Ketika dihadapkan kepada fitnah, hati terbahagi kedalam dua bahagian. Pertama, jika hati dihadapkan kepada fitnah, maka ia menerimanya seperti batu karang yang menyerap air. Tidak pasti lagi, hati semacam itu akan ternoda oleh titik hitam. Hati tersebut akan terus menerus menerima fitnah (Dosa) sehingga menjadi hitam legam dan terbalik. Inilah yang dikandung dalam ungkapan ‘ka al-kuz mujakhiyan (bagaikan cangkir terbalik).”jika telah menghitam dan terbalik, hati itu akan terkena salah satu dari dua bencana yang membawanya kepada kehancuran. Salah satunya ialah samarnya kebaikan dan kemungkaran baginya. Ertinya, ia tidak dapat mengenali mana yang baik dan mana yang buruk. Ia tidak mengakui kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran. Boleh jadi penyakit semacam itu akan semakin kukoh dan kuat, sehingga ia meyakini bahawa yang baik adalah kemungkaran dan kemungkaran adalah kebaikkan. Demikian pula ia meyakini yang sunnah adalah bid’ah dan bid’ah adalah sunnah, yang benar adalah batil dan begitulah sebaliknya. Adapun bencana yang kedua adalah bahawa ia akan menjadikan hawa nafsunya sebagai hakim penentu bagi apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. Sifat hati yang kedua ialah hati yang putih jernih. Ia pasti tersinar oleh cahaya keimanan dan kilauannya. Jika ia dihadapkan kepada suatu fitnah, maka ia akan menolak dan mengingkarinya. Maka sinar cahayanya semakin kuat dan kukuh. Lihat kitab ‘Ighatha al-Lahfan min Masayaidasy-Syaitan’ halaman 11-12.

Akibatnya, hatimu tidak dapat melihat cahaya, dan akalmu hanya melihat dirimu sendiri sahaja seperti Iblis, semoga laknat Allah ditimpa keatasnya, yang mendiami Segitiga Bermuda yang lama itu dan engkaupun menjadi teman akrabnya. Betapa buruk seseorang yang ditemani makhluk terkutuk dan dijauhkan dari rahmat Allah s.w.t. yang dibiarkan saja sampai suatu masa di suatu negeri, yakni di suatu lautan yang penuh hembusan angin kelak ketika Allah s.w.t. tidak lagi menyayangi orang-orang yang terusir dari rahmat-Nya. Jadilah engkau wahai anak istemewa yang diurus dan dibimbing oleh malaikat agung sebagai mukmin yang mempercayai keujudtan Allah dan malaikat-Nya, serta rasul-Nya. Jika tidak, engkau berada dalam bahaya dan dimasukkan kedalam penjara seribu tahun lamanya.

Yang memperingatkanmu dan yang mengembirakanmu didalam penjara adalah seorang Arab Makkah yang mendustakan Nabi yang jujur itu. Tempat hijrahnya adalah tanah-tanah subur yang banyak ditumbuhi pepohonan dan juga pohon kurma. Engkau akan berjasa pada hari ketika tiba musimnya memetik kurma dinegeri tempat di-isra’kan dan di mi’rajnya Nabi dari bangsa Arab itu.

Ada banyak air melimpah dan mengalir dan menyerap kedalam tanah didataran tinggi dan ditanah Tabariyyah. Haram atas dirimu memasuki kota Makkah, yang dimuliakan Allah Tuhan semesta alam pada siang harinya. Engkau tidak boleh tanah manapun yang subur kecuali tanah Uhud. Uhud adalah gunung yang mencintai Allah dan Allah pun mencintainya. Engkau tidak boleh memasuki negeri Quds tempat isra’ dam mi;raj Nabi yang paling akhir. Ini adalah ilmu Allah untukmu yang ditulis Jibril, pembawa wahyu (amin al-wahi) dan ia meninggalkan bekas untukmu, disamping batu besar, berupa cincin dari Jibril utusan Allah Tuhan semesta alam”.
Anak itu kemudian melihat sisi batu besar ketujuh yang paling besar di antara batu-batu besar lainnya yang menjadi batu tulis.

Di situ, ia menemukan sepotong batu yang indah warnanya. Ada juga tanah berwarna seperti tinta yang digunakan Jibril untuk menulis. Pada potongan batu itu terdapat peringatan Allah s.w.t., yang berbunyi “waman kunna mu’azzibina hatta nab’atha rusulan”
“Dan tidaklah Kami menyeksa sehingga Kami mengutus seorang rasul” (Al-Isra’:15)

Ini adalah sebuah tanda dan isyarat bahawa tanah tersebut bukan berasal dari pulau itu. Bahkan, nampaknya, tanah itu bukan dari belahan bumi manapun. Hanya Allah saja yang lebih mengetahui yang paling benar. Tinta antik itu menyisakan kira-kira lima mud di telapak tangan anak itu. Meskipun begitu, ukurannya tidak sebanding dengan tiga telapak tangan laki-laki biasa di antara kita.

Bersambong…

No comments:

Post a Comment