Tuesday, January 25, 2011

Samb: Ke-3 Bahaya Besar Dan Tempat Persembunyian Rahsia

Samiri memang betul-betul terusir dari Bani Israel dengan kata: “Pergilah!” pengusiran itu tidak sama dengan seksaan. Jika ia diseksa oleh Nabi Musa a.s. maka ia hidup dalam suasana tidak baik. Alasannya ialah taubat bagi mereka yang telah mencuba menyembah patung anak lembu adalah dengan cara saling membunuh seperti diisyaratkan Al-Qur’an. Apakah logic jika seksaan bagi pelaku fitnah yang memalingkan orang dari penyembahan kepada Allah, hanya berupa pengusiran saja? “Dan sesungguhnya bagimu ada janji (hukuman) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya.” Kebebasan tidak mutlak kerana akan ada yang memberikan seksaan kepadamu dan membunuhmu. Hingga kini, waktunya yang tertentu hanya diketahui oleh Allah s.w.t. “Maka sesungguhnya bagi kamu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat mengatakan: “Tidak boleh menyentuh aku.” (Toha 97)

Atas dasar itu, Rasulullah s.a.w. menolak memberikan izin kepada Umar bin Khatab untuk membunuh Ibnu Sayyad yang ketika itu disangka sebagai Dajjal. Ia bermohon, “Biarkan aku memenggal lehernya, wahai Rasulullah!” Rasulullah s.a.w. menjawab:

“Jika benar ia adalah dajjal, maka engkau telah mempunyai kekuasaan atasnya. Tetapi jika ia bukan Dajjal, maka tidak ada manafaatnya bagimu membunuhnya.” (Al-Qurtubi dalam karyanya at- tadzkirah)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahawa Rasullullah s.a.w. bersabda:

“Tidak ada seorangpun punya kekuasaan untuk mengatasi Dajjal kecuali Nabi Isa bin Maryam.”

Bahkan Imam Mahdi yang akan melawan Dajjal tidak sanggup membunuhnya sendirian. Yang akan membunuh Dajjal, dengan izin Allah dan pada saat yang telah ditentukan serta tidak dapat diingkari, adalah Nabi Isa al-Masih. Yang akan melenyapkan keperibadian Dajjal sampai musnah.

Fikirkan, wahai pembaca budiman, sekali lagi: dan sesungguhnya bagimu ada janji (hukuman) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindari (mengingkari) nya. Tidak diragukan lagi bahawa janji hukuman itu berlaku di dunia ini, sesuai dengan pengetahuan Allah s.w.t. Sebab, seperti yang dimaklum bersama, terjadinya kiamat merupakan janji yang tidak dapat dihindari oleh makhluk Allah dan tentunya bukan janji khusus untuk Samiri saja. Janji yang tidak dapat diingkri itu keras sekali dan berkaitan dengan perkataan sebelumnya, yakni ia boleh pergi dengan bebas tanpa ada yang menyentuhnya.

Dajjal bebas bergerak dan menentukan pilihan.tidak akan ada yang mampu mengalahkan Dajjal kecuali pada saat janji hukuman yang telah ditentukan. Nabi Musa a.s. pernah berkata kepada orang zalim. “kamu mempunyai satu hari.” Tetapi satu hari yang dimaksudkan bukanlah satu hari pada hari kiamat.”

Demikian kata para ulama tafsir. Kita semua termasuk dalam janji hari Kiamat. Janji itu bukan janji khusus yang tidak dapat diingkari. Janji itu berlaku pada suatu zaman yang bukan zaman Nabi Musa a.s. sebagaimana difahamkan dari nas. Jika tidak, Musa a.s. memiliki hubungan lain dengannya. Namun, Dajjal tidak tersentuh pada zaman Nabi Musa a.s. Jadi, ia tersentuh pada zaman lain. Wallahu a’lam.

“Dan lihatlah Tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakkan). Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi ssegala sesuatu.” (Erti Ayat Toha 97-98)

Patung yang pembuatnya dipimpin oleh Samiri dan direka bentuk secara khusus itu dibakar oleh Nabi Musa a.s, dan dihamburkannya ke laut. Nabi Musa a.s, membakarnya kerana patung itu bukan hanya sekadar emas, melainkan juga berupa daging dan darah sebelumnya, meskipun hal itu hanya diperlakukan secara khayalan belaka seperti pengaruh sihir pada deria atau dengan perantaran jejak rasul yang disalahgunakan. Sebab, emas akan bertambah jika dibakar atau dicairkan di atas api. Akan tetapi, Nabi Musa a.s tidak menginginkan apa pun. Oleh kerana itu, ia membakarnya sampai menjadi abu dan kemudian membuangnya ke laut Merah. Nabi Musa a.s. menjadikannya sebagai abu yang berhamburkan di hadapan kaum Bani Israel dan di hadapan Samiri sendiri. Hal itu dilakukan untuk menyedarkan mereka semua bahawa tidak ada tuhan selain Allah, Yang mengetahui segala sesuatu yang ada dahulu, sekarang dan yang akan datang.

Samiri sendiri sambil menitipkan tuhannya yang telah dihancurkan. Sementara itu, Nabi Musa a.s. mengajak kaumnya untuk pergi menuju lembah di Sina. Kemudian Samiri berdiri di pinggir pantai Laut Merah seraya menitipkan Bani Israel. Ia berkata pada mereka: “Sampai berjumpa lagi wahai Bani Israel pada saat Musa a.s tidak ada.”

No comments:

Post a Comment