Sunday, January 30, 2011

Samb: ke 4 Pertemuan Kedua Dengan Seorang Agung (Nabi) Dalam Kehidupan Dajjal

Ia mulai menjelajah lautan, tanah-tanah tandus, padang pasir dan daratan. Ia bergaul dengan berbagai kehidupan dan makhluk-makhluk yang hidup. Ia mempelajari berbagai pengalaman tanpa batas.

Tetapi, ia belum melihat kerajaan. Anehnya, ia melakukan banyak kejahatan, menumpahkan darah, mencuri, merampas, merompak seperti lanun dilaut ulung. Tetapi ia tidak memiliki lebih dari kenderaannya.

Dajjal telah tergila-gila dengan pemikiran untuk menguasai dunia. Ia berfikir untuk kembali ke pulaunya yang dulu dilaut Yaman. Ia ingin mengasingkan diri dari segala urusan dunia. Ia berfikir dan merancanakan untuk menguasai seluruh negeri yang pernah dilaluinya. Ia menaiki perahunya beserta para pengikutnya menuju ke Yaman. Di situ ia turun menuju salah seorang pengikutnya. Lalu ia membawa sejumlah besar perhiasan emas di dalam perahu besar yang dikemudikannya sendiri menuju pulau yang ditujunya.

Setelah ia berlabuh dan berjalan menuju gua, tiba-tiba binatang raksasa itu merintangi jalannya. Binatang itu bersama dua puluh orang yang berwajah seperti matahari yang bersinar dan bercahaya, tubuh mereka tinggi melebihi pohon-pohon yang tinggi. Pada tangan mereka yang besar terdapat rantai besi besar berlapis baja pengilat seperti emas yang bukan dari dunia ini. binatang itu juga memanggil ikan yu. Orang yang cacat kedua matanya ini mengigil. Dengan ketakutan, ia berkata:

Apa ini? Siapa mereka? Bagaimana mereka dapat sampai kesini? Bukankah telah aku katakan bahawa engkau adalah syaitan betina yang mempunyai pelayan?”

Mendengar perkataanya, binatang itu merasa ketakutan lalu berteriak:

“Wahai orang paling bodoh, engkau telah mensia-siakan dua kesempatan, dan tidak tersisa bagimu kecuali janji terakhir.”

Sebelum binatang itu menyelesaikan perkataannya, atau sebelum orang itu bertanya lagi, tiba-tiba dua puluh orang itu menyerangnya. Ia pengsan kerana ketakutan.

Setelah Dajjal siuman, ia mendapati dirinya telah berada di dalam gua, sementara binatang itu ada di depannya. Ketika ia ingin mengerakkan kedua kaki dan tangannya, ia merasa berat sekali. Ia mendengar bunyi loceng ang menakutkan. Sementara itu, cahaya pagi telah menyinari guanya melalui celah-celah diatas, di samping pintunya yang selalu terbuka. Ia mendapati dirinya terikat. Kedua tangan dan kakinya terbelenggu dengan rantai yang sangat panjang agar dapat bergerak, berdiri, duduk dan berjalan atau buang air di belakang yang jauh dari gua itu yang disiapkan sebelumnya dan disiapkan pula telaga di sampingnya. Binatang itu sangat memerhatikan kebersihan dan pengurusan badannya.

Ia diliputi ketakutan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia mencuba melepaskan ikatan dirinya. Tetapi, bagaimana mungkin ia dapat melakukan itu, sementara belenggu yang mengikat kedua kaki dan tangannya sangat kuat. Hal seperti itu belum pernah ia lihat sebelumnya. Bahkan. Ia tidak pernah mendengarnya di berbagai penjara dinasti para fir’aun atau dari para penguasa lain yang pernah ia lihat. Semua badannya terbelenggu dan hujungnya diikatkan ke dinding gua yang dibuat dari batu.

Kalaupun ia dapat melepaskan rantai itu dari batu maka bagaimana ia dapat melepaskan rantai yang mengikat kedua kaki dan tangannya keadaannya menjadi lebih sukar daripada menemukan burung gagak di atas samudera yang luas.


Bersambong….

No comments:

Post a Comment